Belakangan aku sering merasakan serba
salah. Apapun yang aku lakukan selalu salah dan nggak pernah benar dimata orang
lain. Galau banget khan yah, udah lakukan ini itu masih aja salah.
Nah, waktu lagi shearcing aku nggak
sengaja ketemu kisahnya keledai. Pada tau nggak kisahnya?! Aku ingat sebelumnya
waktu jaman SMP pernah baca cerita tentang keledai dengan seorang anak dan
ayah. Gini ceritanya.
Seeorang ayah dan anak akan pergi
bersama keledainya. Sang ayah menunggangi keledainya dan menyuruh sang anak
berjalan di belakangnya. Ketika melewati sekelompok wanita, orang-orang itu
berkomentar.
“Bagaimana sih bapak itu, apa tidak
kasihan, kok malah dia yang naik dan anaknya yang masih kecil itu disuruh
berjalan?”.
Karena malu diolok-olok, maka maka ia pun
turun dari keledainya dan menyuruh sang anak yang naik. Tapi tak berapa lama
berjalan, lewat pula segerombolan orang tua yang duduk-duduk. Mereka
berkomentar lagi:
“Wah, Bapak tua, apa kamu tidak bisa
mendidik anakmu untuk menghargai orang tua? Engkau berjalan kaki sedangkan
anakmu malah enak-enak naik keledai?” Mendengar komentar itu, sang ayah
pun bilang pada anaknya
“Kamu sudah mendengar kan
omongan mereka barusan? Kalau begitu, mari kita naik bareng-bareng.”
Lalu mereka berdua menaikinya
bersama-sama dan berjalan, tetapi di tengah perjalanan, kebetulan bertemulah
mereka dengan sekelompok orang lain, kelompok pecinta binatang. Melihat
pemandangan itu, mereka meneriaki sang ayah dan anak,
“Alangkah kasihannya keledai
yang kurus-kering ini. Apakah kalian tidak ada rasa kasihan sedikitpun pada
keledai itu? Ia kan juga mahluk Tuhan yang perlu dikasihani.”
Mendengar komentar itu, akhirnya
ayah dan anak itu turun dari keledai, dan memutuskan untuk berjalan
bersama-sama dan membiarkan keledainya berjalan di depan mereka. Sewaktu
berjalan, mereka bertemu lagi dengan sekelompok pemuda. Mereka mentertawakan
ayah dan anak tersebut,
”Alangkah bodohnya kalian….
kalian memiliki keledai, tapi kalian berpayah-payah berjalan kaki dan membiarkan
keledai itu bersantai-santai. Untuk apa kalian membawa keledai?”
Serba salah khan. Udah lakukan ini itu
tetap aja salah. Nah, cerita diatas serupa dengan kehidupan aku belakangan ini.
Kadang ada yang berkomentar seperti ini dan itu, maka aku akan memikirkannya
sampai-sampai aku seperti hidup dalam bayang-bayang pendapat orang dan selalu
serba salah!!
Kira-kira hikmah apa yang bisa
dipetik?!
Menurutku, kadang memang ada kalanya untuk
‘tidak memikirkan komentar orang lain’. Maksudnya bukan tutup mata tutup
telinga, trus keras kepala nggak mau dengar pendapat orang lain. Nggak begitu,
yang aku maksud yah di pilah-pilah pendapat orang tersebut, mana kira-kira
pendapat yang memang bisa membuat menjadi lebih baik. Orang kerap menilai atas
apa yang mereka lihat, tapi yang sebenarnya tau tentang hati mu adalah dirimu
sendiri. Jadi yakin aja selama yang dijalani adalah suatu kebenaran maka nggak
perlu mempermasalahkan pendapat orang lain. Cukup Allah saja yang menilai,
cukup Allah saja yang tau.
Kota tepian, 16 Juli 2012
0 komentar:
Posting Komentar