Laporan Praktikum Q

Senin, 23 Juli 2012

Serupa Kisah Keledai


Belakangan aku sering merasakan serba salah. Apapun yang aku lakukan selalu salah dan nggak pernah benar dimata orang lain. Galau banget khan yah, udah lakukan ini itu masih aja salah.

Nah, waktu lagi shearcing aku nggak sengaja ketemu kisahnya keledai. Pada tau nggak kisahnya?! Aku ingat sebelumnya waktu jaman SMP pernah baca cerita tentang keledai dengan seorang anak dan ayah. Gini ceritanya.

Seeorang ayah dan anak akan pergi bersama keledainya. Sang ayah menunggangi keledainya dan menyuruh sang anak berjalan di belakangnya. Ketika melewati sekelompok wanita, orang-orang itu berkomentar.

“Bagaimana sih bapak itu, apa tidak kasihan, kok malah dia yang naik dan anaknya yang masih kecil itu disuruh berjalan?”.

Karena malu diolok-olok, maka maka ia pun turun dari keledainya dan menyuruh sang anak yang naik. Tapi tak berapa lama berjalan, lewat pula segerombolan orang tua yang duduk-duduk. Mereka berkomentar lagi:

“Wah, Bapak tua, apa kamu tidak bisa mendidik anakmu untuk menghargai orang tua? Engkau berjalan kaki sedangkan anakmu malah enak-enak naik keledai?” Mendengar komentar itu, sang ayah pun bilang pada anaknya

“Kamu sudah mendengar kan omongan mereka barusan? Kalau begitu, mari kita naik bareng-bareng.”

Lalu mereka berdua menaikinya bersama-sama dan berjalan, tetapi di tengah perjalanan, kebetulan bertemulah mereka dengan sekelompok orang lain, kelompok pecinta binatang. Melihat pemandangan itu, mereka meneriaki sang ayah dan anak,

“Alangkah kasihannya keledai yang kurus-kering ini. Apakah kalian tidak ada rasa kasihan sedikitpun pada keledai itu? Ia kan juga mahluk Tuhan yang perlu dikasihani.” 

Mendengar komentar itu, akhirnya ayah dan anak itu turun dari keledai, dan memutuskan untuk berjalan bersama-sama dan membiarkan keledainya berjalan di depan mereka. Sewaktu berjalan, mereka bertemu lagi dengan sekelompok pemuda. Mereka mentertawakan ayah dan anak tersebut,

”Alangkah bodohnya kalian…. kalian memiliki keledai, tapi kalian berpayah-payah berjalan kaki dan membiarkan keledai itu bersantai-santai. Untuk apa kalian membawa keledai?”

Serba salah khan. Udah lakukan ini itu tetap aja salah. Nah, cerita diatas serupa dengan kehidupan aku belakangan ini. Kadang ada yang berkomentar seperti ini dan itu, maka aku akan memikirkannya sampai-sampai aku seperti hidup dalam bayang-bayang pendapat orang dan selalu serba salah!!

Kira-kira hikmah apa yang bisa dipetik?!
Menurutku, kadang memang ada kalanya untuk ‘tidak memikirkan komentar orang lain’. Maksudnya bukan tutup mata tutup telinga, trus keras kepala nggak mau dengar pendapat orang lain. Nggak begitu, yang aku maksud yah di pilah-pilah pendapat orang tersebut, mana kira-kira pendapat yang memang bisa membuat menjadi lebih baik. Orang kerap menilai atas apa yang mereka lihat, tapi yang sebenarnya tau tentang hati mu adalah dirimu sendiri. Jadi yakin aja selama yang dijalani adalah suatu kebenaran maka nggak perlu mempermasalahkan pendapat orang lain. Cukup Allah saja yang menilai, cukup Allah saja yang tau.




Kota tepian, 16 Juli 2012

0 komentar: