Laporan Praktikum Q

Rabu, 18 Juli 2012

PEWARNAAN MIKROBA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hamper tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah astu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasikan ialah dengan metode pengecetan dan pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologinya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecetan (Galung, 2009).
Kebanykan bakteri mudah berekasi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer. Bakteri-bakteri ini dinamakan bakteri tahan asam dan hal ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Berdasarkan hal diatas yang meatarbelakangi dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, negative, gram maupun spora. Serta mengetahui morfologi mikroorganisme.

1.2 Tujuan
1.     Untuk mengetahui metode-metode pewarnaa mikroorganisme.
2.    Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri.
3.    Untuk mengetahui perbedaan warna anatar bakteri gram positif dan gram negatif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

          Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tesebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri, sehingga bakteri dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
Zat warna menyerap dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan lingkungannya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat pewarna memungkinkan pengamatan struktur spora, flagella dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan gtanula fosfat. Selain itu, dengan pewarnaan dapat menunjukkan distribusi dan susunan kimia bagian-bagian sel, membedakan mikrob satu dengan yang lain, menentukan pH dan potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan intraseluler (Waluyo, 2008).

Zat Warna
          Pada umumnya zat warna yang digunakan adalah senyawa-senyawa garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri ion bermuatan positif dan ion bermuatan negative. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan mikroba tersebut. Sel-sel bakteri mempunyai muatan yang agak negative bila pH lingkungannya mendekati netral. Muatan negative dari sel bakteri akan bergabung dengan muatan positif dari ion zat warna, misalnya metilen blue, sehingga hasilnya sel tersebut akan berwarna. Perbedaan muatan inilah yang menyebabkan adanya ikatan atau gabuangan antara zat warna dengan sel bakteri (Waluyo, 2008)
Zat warna data dibagi menjadi dua golongan yakni pewarnaan yang berrsifat basa atau asam. Pada zat warna basa merupakan bagian yang berperan dalam memberikan warna yang dinamakan kromatotrof dan mempunyai muatan positif. Muatan positif pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negative dalam sel, sehingga miroorganisme terlihat dengan jelas. Zat warna asam yang bermuatan negative umumnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroba, tetapi biasanya digunakan utuk mewarna latar belakang sediaan pewaranaan. Zat warna yang bermuatan negative ini tidak dapat berikatan dengan muatan negative yang terdapat dalam struktur sel. Kadang kala zat warna negative ini digunakan untuk mewanai bagian sel yang bermuatan positif. Muatan dan daya ikat zat warna teradap struktur dapat berubah tergantung OH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Waluyo, 2008).
Prosedur pewarnaan yang mengahsilkan pewarnaan mikroba dinamakan pewarnaan positif. Dalam prosedur ini dapat digunakan zat warna basa yang bermuatan positif  maupun zat warna asam yang bermuatn negatif. Sebaliknya pewarnaan negatif yang diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroba yang tidak berwarna (Waluyo, 2008).
Pewarnaan bakteri memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.     Memudahkan melihat mikroba dengan mikroskop
2.    Memperjelas ukuran dan bentuk mikroba
3.    Melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri, seperti dinding sel dan vakuola
4.    Menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia khas dari bakteri dengan zat warna (Waluyo, 2008)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pewarnaan
Pewarnaan sel miroorganisme umunya menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Hasil pewarnaan tergantung beberapa faktor lain, seperti;
1.     Fikasai
Cara yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan pemanasan atau dengan freeze driying atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan menggunakan kimia seperti sabun, fenol dan formalin. Fungsi fiksasi sebelum pewarnaan yaitu:
a.    Merekatkan sel mikroba pada gelas objek
b.    Membunuh mikroorganisme secara cepat dengan tidak menyebabkan perbahan-perubahan bentuk dan strukturnya.
c.    Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna
d.    Membuat sel-sel mikroba lebih kuat (keras)
e.    Melepaskan granuler (butiran) protein menjadi gugu reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus –OH dari zat warna.
f.     Mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan olehenzim-enzim yang dikandungnya sendiri
g.    Mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus tertentu (karboksil amino primer dan sulfhidril).
2.    Pelunturan zat warna
Pelunturan zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel yang telah diwarnai. Ini berfungsi untuk mengahsilkan kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Ditinjau dari kekuatan ikatan anatara sel dengan zat warna, maka dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam, tahan alcohol, tahan air dan lain-lain. Istilah tahan asam digunakan bila zat warna telah diikat kuat oleh sel sehingga tidak dapat dilunturkan warnanya oleh asam, begitu juga dengan tahan alcohol dan tahan air masing-masing tidak dapat dilunturkan oleh alcohol dan air. Ada beberapa macam peluntur zat warna, antara lain:
a.    Peluntur warna bersifat asam yakni HNO3, HCl, H2SO4 dan campuran asam-asam tersebut  dengan alcohol.
b.    Peluntur zat warna bersifat basa yakni KOH, NaOH, sabun dan garam-garam basa.
c.    Peluntur zat warna lemah, yaitu alcohol, air minya cengkeh, aseton dan gliserin
d.    Garam-garam logam berat AgNO3, CuSO4 dan lain-lain.
e.    Garam-garam logam riangan Na2SO4, MgSO4 dan lain-lain
3.    Identifikasi pewarnaan
Zat warna dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara misalnya dengan mempertinggi kadar zat warna, mempertinggi temperature pewarnaan 60-90oC dan menambahkan suatu mordan. Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabkan zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel bila dibandingkan dengan cara pewarnaan tanpa diberi mordan. Ada beberapa mordan, yaitu:
a.    Mordan basa
b.    Mordan asam
4.    Substrat
Atas dasar macam zat warna yang diserap oleh sel dapat dibedakan:
a.    Sel-sel basofil
b.    Sel-sel asidofil/ oksifil
c.    Sel-sel yang sudanofil
5.    Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna penutup adalah suatu zat warna basa yang berada warnanya dengan zat warna mula-mula yang digunakan. Fungsi dari zat warna punutup adalah memberkan warna pada sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna punutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama.

Pembuatan Preparat
Sebelum dilakukan pewarnaan pada sel mikroba, harus dilakukan praparat oles. Preparat oles yang baik merupakan prasyarat berhasilnya pewarnaan. Adapun teknik pewarnaan yang tepat yaitu:
1.     Olesan tidak terlalu tebal, pada olesan yang tebal sel-sel bakteri akan bertumpuk-tumpuk sehingga sulit untuk menentukan bentuk sel individu.
2.    Olesan tidak terlalu tipis karena dapat menylulitkan pengamatan secara mikroskopis.
3.    Kaca objek yang dipakai tidak boleh tergores dan harus bersih betul. Hal ini disebabkan ukuran sel bakteri amat kecil, maka goresan atau partikel debu pada kaca objek dapat dikelirukan sebagai mikroba.
4.    Preparat bakteri harus benar-benar kering udara sebelum difiksasi dengan panas.
5.    Penggunakan teknik aseptic, untuk menghindakan kontaminasi preparat yang dibuat dan melindungi diri sendiri (Waluyo, 2008).

Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana atau pewaraan tunggal adalah salh satu cara pewarnaan yang hanya menggunakan satu macam zat warna. Tujuan pewarnaan ini yakni untuk meningkatkan kontraas antara mikroorganisme dengan sekelilingnya. Zat warna yang digunakan adalah metilen blue, gentian violet (Kristal violet), karbol fuksin, safranin, hijau malakhit dan lain-lain. Pewarnaan sederhana mudah dan cepat sehingga pewarnaaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan mikroorganisme. Pewarnaan sederhana dapat memperlihatkan penataan bakteri, misalnya seperti rantai (stretokokus) seperti buah anggur (stafilokokus), berebtuk kubus (sarcina). Disamping itu dengan pewarnaan sederhana dapat pula mengamati struktur tertentu misalnya endospora (Waluyo, 2008).

Pewarnaan Negatif
Pewarnaan ini buka untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap. Caranya secara umum dengan mencampur mikroba dalam setetes tinta bak/ tinta cina/ tinta india (negrosin) lalu meyebarkan diatas kace objek yang bersih (Waluyo, 2008).
Pewarnaan negatif menyebabkan mikroba kelihatan transparan (tembus pandang) dan tampak jelas pisah diatara medan yang gelap karenapewarnaan ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Berbeda dengan metode pewarnaan yang lain, pada pewarnaan negative tidak mengalami pemanasan atau perlakuan lain dengan dengan bahan kimia (Waluyo, 2008).
Berhasil tidaknya metode ini tergantung pada kaca objek hatus betul-betul bersih, jumlah negrosin yang digunakan menentukan keberhasilan pewarnaan dan campuran mikoorganisme harus digesekkan diatas kaca bjek bukan sekedar didorong (Waluyo, 2008).
Ciri-ciri pewarnaan negatif adalah:
1.     Menggunakan zat warna yang bermuatan negative.
2.    Tujuan penggunaan zat warna negative tersebut, menyebabkab zat warna tidak mewarnai permukaan sel yang bermuatan negative.
3.    Pewarnaan negative bukan pewarnaan mikroba, karena sel mikroba tetap tidak berwarna setelah penambahan zat warna.
4.    Kesalahan yang sering dilakukan yakni preparat ulas terlalu tebal dan terlalu tipis. Bila preparat terlalu tebal menyebabkan lingkungan sekitar bakteri gelap dan mikroba tidak dapat dibedakan dengan lingkungan disekelilingnya. Tetapi bila preparat terlalu tipis tidak terjadi kontras yang tajam antara mikroba dengan lingkungan sekitar.

Pewarnaan Gram
          Pewarnaan gram memilah bakteri menjadi 2 kelompok, yakni bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks warna Kristal violet-iodium tetap diperthankan meskipun diberi larutan pemucat. Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mangambil zat warna kedua yang berwarna merah (Waluyo, 2008).
Penyebab perbedaan pewarnaan gram kemingkinan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negative. Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri gram positif menyusut leh perlakuan alcohol karena terjadi dehidrasi, menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya kompleks zat ungu Kristal iodium pada langkah pemucatan. Sedangkan bakteri gram negative memiliiki kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding sel dan lipid tersebut dapat larut dalam alkohol dan aseton. Larutan lipid oleh zat pemucatan yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah penyebab proses pemucatan antara dinding sel gram negative lebih cepat (Waluyo, 2008).
Mikroba kelompok gram positif dapat memperhatikan ciri gram negative bila mengalami pemucatan berlebihan. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
1.     Pelaksanaan fikasai panas terhadap olesan
Olesan bakteri yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel bakteri. Dalam keadaan demikian, maka sel bakteri gram positif akan melepaskan warna primer dan menerima warna tandingan.
2.    Ketetapan sel pada olesan
Olesan yang baik henydaknya tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Pada pewarnaan gram, olesan yang terlampau tebal tidak akan memucat secepat seperti olesan dengan kerapatan sel yang normal.
3.    Jenis dan konsentrasi reagen yang digunakan pewarnaan
Larutan etanol 95% bekerja paling lambat sebagai larutan pemucat, sedangkan aseton paling cepat.
4.    Jenis medium pertumbuhan
Bakteri gram positif bila terlalu lama ditumbuhakan dalam medium yang mengandung bahan yang mudah terfermentasi dapat berubah menjadi bakteri gram negative. Demikian pula bila bakteri gram positif bila ditambah perlakuan khusus, misalnya ditambah larutan pekat AND dapat berubah menjadi gram positif.
5.    Umur biakan
Pewarnaan gram memberikan hasil baik bila menggunakan biakan segar yang berumur 24-48 jm. Bila menggunakan biakan tua maka kemungkinan besar terjadi penyimpangan hasil pewarnaan gram (Waluyo, 2008).

Pewarnaan Spora
          Spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak mengntungkan bagi bakteri tersebut. Lingkungan yang tidak memungkinkan atau menguntungkan disebabkan langkanya sumber karbon, energy dan fosfat. Selain itu bahaya yang bersifat toksik, suhu yang idak sesuai atau lingkungan yang kering.
Ada dua tipe spora yang terbentuk, yang ertama terbentuk dalam sel, yang disebut dengan endospora dan spora yang terbentuk diluar sel yang disebut eksospora. Lapisan bagian luar spora merupakan lapisan penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk, dapat memakai larutan hijau malakhit dan lauran safranin (Waluyo, 2008).

Bentuk Bakteri
          Berdasarkan benuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu basil, kokus da spiril.
1.     Basil (dari basillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua atau terlepas atu sama lain. Yang bergandeng-gandeng panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedangkan ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam.
2.    Kokus (dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandengan panjang serupa tali leher, ini disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua ini disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat ini disebut tertrakokus, kokus mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus sedangkan kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.
3.    Spiri (dari spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak benyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandigkan dengan golongan kokus maupun golongan basil (Dwidjoseputro, 2005).


BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
          Praktikum pewarnaan sedehana, pewarnaan negative, pewarnaan gram dan pewarnaan spora ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2011 pukul 15.30-17.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Matematuka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
-        Mikroskop listrik
-        Preparat
-        Cover glass
-        Jarum ose
-        Cawan petri
-        Lampu bunsen
-        Wadah zat pewarna
-        Pipet tetes
-        Penjepit kayu

3.2.2 Bahan
-        Carbol puchsin/ crystal violet
-        Nigrosin/ tinta cina
-        Lugol’s iodine
-        Safranin
-        Malachite green
-        Alcohol 70% dan 95%
-        Air
-        Kertas saring
-        Bakteri

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja pewarnaan sederhana
1.     Dibersihkan objek glass dengan alcohol sampai bebas lemak, kemudian fiksasi diatas nyala lampu spiritus.
2.    Diambil secara aseptic satu ose suspense bakteri dan ratakan diatas obejek glas seluas 1 cm2.
3.    Dikeringanginkan praparat tersebut hingga membentuk noda.
4.    Setelah kering difikasasi dengan cara memanaskan diatas nyala lampu bunsen.
5.    Setelah dingin diteteskan pada noda larutan zat warna sebanyak 1 tetes atau 2 tetes dan dibarkan selama 1 atau 2 menit.
6.    Dicuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya.
7.    Dikeringkan praparat dengan dianginkan.
8.    Diamati dibawah mikroskop, sel-sel bakteri akan tampak berwarna merah (ungu) dengan bentuk-bentuk bakteri tersebut.
9.    Digambar bentuk-bentuk bakteri tersebut.

3.3.2 Cara kerja pewarnaan negatif
1.     Dibersihkan objek glas dengan alcohol bebas lemak kemudian difiksasikan diatas nyala lampu spiritus.
2.    Setelah dingin, diambil suspense biakan murni bacillus sp, dengan ose secara aseptis dan letakkna diatas objek glass.
3.    Diambil sedikit zat warna nigrosin atau tinta cina dengan batang glass dan campur dengan suspense bakteri yang telah diletakaan diatas objek glass.
4.    Campuran bakteri dengan larutan nitrogliserin (tinta cina) ini kemudian diratakan dengan batang glass hingga merupakan lapisan yang tipis sekali.
5.    Dikeringkan praparat dengan dianginkan.
6.    Diamati dibawah mikroskop dengan kuat, sel-sel bakteri akan tampak transparan dengan latar belakang hitam (gelap).

3.3.3 Cara kerja pewarnaan gram
1.     Dibersihkan objek glass dengan alcohol hingga bebas lemak, kemudian difiksasi diatas nyala lampu spiritus.
2.    Diambil secara aseptic 1 ose suspense bakteri dan letakkan pada objek glass. Setelah tu diratakan campuran suspense bakteri tersebut.
3.    Dikeringkan dengan dianginkan dan selanjutnya dilakukan fiksasi diatas nyala lampu spiritus.
4.    Setelah dingin dibubuhkan zat warna crystal violet sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama  menit.
5.    Dicuci dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan dianginkan.
6.    Diteteskan dengan larutan lugol dan biarkan 1 menit dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan dianginkan.
7.    Kemudian dicuci dengan alcohol 95% selama 30 detik, selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan dianginkan.
8.    Diberi larutan basic fuchsin atau safranin selama 2 menit.
9.    Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan menganginkan.
10.  Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat. Diamati bakteri gram positif dan mana bakteri gram negative atau bakteri gram variable.

3.3.4 Cara kerja pewarnaan spora
1.     Dibuat preparat ulas lalu ditutup dengan secarik kertas saring.
2.    Diteteskan 2-3 tetes malachite green. Dengan menggunakan penjepit tabung lewatkan slide tersebut diatas api selama 5 menit (hingga uap terlihat). Jangan dibiarkan zat warna mendidih atau mongering.
3.    Setelah 5 menit, didiamkan selama 1 menit lalu buang kertas saring (jangan diseret), dibilas dengan aquades selama 30 detik.
4.    Diteteskan safranin 30 detik dan dikeringkan tanpa fiksasi pemanasan.
5.    Diamati dibawah mikroskop. Dengan pewarnaan ini spora berwarna hijau dan bagian lainnya/ sel vegetative berwarna merah.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1.

Pewarna    : Chrystal violet
Warna       : Hijau lumut
Warna zat  : Hitam
Bentuk       :Coccus
Perbesaran : 4 x 10
2.

Pewarna    : Chrystal violet, lugol
Warna       : Ungu
Warna zat  : Orange
Bentuk       : Coccus
Perbesaran : 4 x 10
3.

Pewarna    : Tinta cina
Warna       : Bening
Warna zat  : Pink dan ungu
Bentuk       : Coccus
Perbesaran : 4 x 10
4.

Pewarna    : Safranin dan melachite
Warna       : Hijau
Warna zat  : Merah
Bentuk       : Spora
Perbesaran : 4 x 10

4.2 Pembahasan
          Pada praktikum kali ini, praktikan diminya untuk melakukan pewarnaan mikroba. Praktiku pewarnaan mikroba mempunyai tujuan mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal, mengetahui bentuk mikroba dengan pewarnaan tidak langsung, melakukan pengamatan morfologi bakteri dengan pewarnaan diferensial. Pewarnaan dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu dengan pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan gram dan pewarnaan spora.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umu digunakan. Disebut demikian karena digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organism. Kebanyakan bakteri telah berekasi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkali (komponen kromofrnya bersifat positif). Pewarna sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basilus dan spiral) dari bahan-bahan yang ada pada olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negative, metode ini buka untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agat kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negative mewarnai latarnya, karena zat yang digunakan merupakan zat warna asam yang bermuatan negative yang umumnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroba, tetapi digunakan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna yang bermuatan negative ini tidak dapat berikatan dengan muatan negative yang terdapat dalam struktur sel. Pada pewarnaan negative ini latar belakang disekeliling mikroba diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroba yang tidak berwarna (Waluyo, 2008).
Pewarnaan negative biasanya digunakan untuk bakteri yang sukar diwarnai sehingga menggunakan pewarna negative dimana yang diwarnai bukan bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap. Fungsi dari pewarnaan ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Zat warna yang dipakai dalam pewarnaan negative adalah nigrosin yang berfungsi untuk mewarnai permukaan sel yang bermuatan negative. Sehingga jika dilihat dari mikroskop akan terlihat berbentuk bakteri dengan latar belakang berwarna gelap (Waluyo, 2008).
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negative, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Bakteri yang berwarna ungu dengan pewarnaan gram disebut bakteri gram positif, sedangkan yang berwarna merah disebut dengan bakteri gram negative (Entjang, 2003).
Pewarnaan gram termasuk pewarnaan diferensial yaitu dapat membedakan anatar bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Pewarnaan gram ini merupakan tahapan penting dalam identifikaasi bakteri. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks warna Kristal violet-iodium tetap dipertahankan meskipun diberi lautan pemucat. Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan tersebut disebabkan struktur terutama dinding sel, kedua kelompok bakteri tersebut (Waluyo, 2008).
Pewarnaan spora,spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut. Lapisan bagian luar spora merupakan lapisan penahan yang baik teradap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehinggazat warna dapat masuk, zat warna yangdigunakan larutan hijau malakhit dan larutan safranin (Waluyo, 2008).
 Adapun hasil pengamatan dari percobaab pada pewarnaan sederhana yang menggunakan pewarna chrystal violet dan dilihat dengan perbesaran 4 x 10 diperoleh bektri berbentuk coccus, berwarna hijau dan memiliki warna zat hitam. Pada pewarnaan gram yang menggunakan pewarna chrystal violet, lugol dan dilihat dengan perbesaran 4 x 10 dapat dilihat bakteri berbentuk coccus, berwarna ungu dan memiliki warna zat orange. Pada pewarnaan negative yang menggunakan pewarna tinta cina dan dilihat dengan perbesaran 4 x 10 dapat dilihat bakteri berbentuk coccus, berwarna bening dengan warna zat ungu dan pink. Dan pada pewarna spora yang menggunakan pewarna safranin dan malachite green dilihat dengan perbesaran 4 x 10 dapat dilihat bakteri berbentuk spora, berwarna hijau dan meiliki warna zat merah.
          Setiap pewarna yang digunakan dalam setiap metode pewarnaan memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
1.     Pada metode pewwarnaan sederhana menggunakan crystal violet atau methylen blue sebagai pengikat atau pewarna  utama untuk dapat melihat bentuk mikroba.
2.    Pada pewarnaan negative menggunakan nigrosin atau tinta cina sebagai pewarna utama untuk mewarnai latar belakang bakteri karena bakteritidak dapat diwarnai sehingga hanya diwarnai latar belakangnya.
3.    Pada metode pewarnaan gram menggunakan 4 macam pewarna, yaitu chystal violet yang berfungsi sebagai pengikat atau pewarna utama untuk mengetahui bakteri gram positif dan tidakdapat dilunturkan oleh peluntur, lugol’s iodine berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks Mg-riboneduic acid, alcohol 96% sebagai pencuci lemak pada dinding sel bakteri (larutan pemucat), safranin merupakan zat warna lawan (tandingan) setelah lunturnya komplek Mg-ribonecluic acid crystal violet dan dinding sel bakteri sehingga member warna merah pada bakteri.
4.    Padametode pewarna spora menggunakan malachite green yang berfungsi sebagai zat warna utama, melihat bentuk spora bakteri. Dan safranin merupakan zat warna lawan yang digunakan untuk menunjukkan sel vegetatif dengan memberikan warna merah akibat safranin.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
          Dari praktikum pewarnaan bakteri yang telah dilakukan di laboratorium dapat diatrik kesimpulan bahwa:
1.     Ada empat teknik pewarnaan bakteri, yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan gram dan pewarnaan apora.
2.    Metode yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri yaitu pewarnaan sederhana dengan zat warna tunggal. Pewarnaan negative dengan pewarnaa tidak langsung, pewarna gram dengan pewarnaan diferensial dan pewarnaan spora.
3.    Bakteri gram positif mempunyai cirri berwarna ungu karena mengikat warna pada pewarna dasar yang tidak terhapus oleh pencucian alcohol serta tidak menyerap pewarna kontras sedengkan bakteri gram negative mempunyai cirri terhapuskan oleh pencucian dengan alcohol serta meyerap pewarna kontras.

5.2 Saran
          Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adaah sebaiknya praktikan memahami cara kerja pada setiap percobaan dengan baik sehingga tidak terjadi kesulitan ketika melaksanakan praktikum. Dan diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, tidak bergurau saat melaksanakan praktikum sehingga laboratorium tidak menaji gaduh.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Galung, Firman. 2009. http://firebiologi07.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 2 April 2011 pukul 09.46 pm di Samarinda.
Hadioetomo, Sri Ratna. 1982. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiah Malang: Malang.

0 komentar: