BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme
yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hamper tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah astu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasikan
ialah dengan metode pengecetan dan pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologinya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecetan (Galung, 2009).
Kebanykan bakteri
mudah berekasi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkali. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap
suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer. Bakteri-bakteri ini
dinamakan bakteri tahan asam dan hal ini merupakan cirri khas bagi suatu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Berdasarkan hal diatas
yang meatarbelakangi dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, negative,
gram maupun spora. Serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui metode-metode pewarnaa mikroorganisme.
2. Untuk
mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri.
3. Untuk
mengetahui perbedaan warna anatar bakteri gram positif dan gram negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Melihat
dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal
tesebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri, sehingga bakteri
dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
Zat warna menyerap dan
membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan lingkungannya dapat
ditingkatkan. Penggunaan zat pewarna memungkinkan pengamatan struktur spora,
flagella dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan gtanula fosfat. Selain
itu, dengan pewarnaan dapat menunjukkan distribusi dan susunan kimia
bagian-bagian sel, membedakan mikrob satu dengan yang lain, menentukan pH dan
potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan intraseluler (Waluyo, 2008).
Zat Warna
Pada
umumnya zat warna yang digunakan adalah senyawa-senyawa garam yang salah satu
ionnya berwarna. Garam terdiri ion bermuatan positif dan ion bermuatan
negative. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan mikroba
tersebut. Sel-sel bakteri mempunyai muatan yang agak negative bila pH
lingkungannya mendekati netral. Muatan negative dari sel bakteri akan bergabung
dengan muatan positif dari ion zat warna, misalnya metilen blue, sehingga
hasilnya sel tersebut akan berwarna. Perbedaan muatan inilah yang menyebabkan
adanya ikatan atau gabuangan antara zat warna dengan sel bakteri (Waluyo, 2008)
Zat warna data dibagi
menjadi dua golongan yakni pewarnaan yang berrsifat basa atau asam. Pada zat
warna basa merupakan bagian yang berperan dalam memberikan warna yang dinamakan
kromatotrof dan mempunyai muatan positif. Muatan positif pada zat warna basa
akan berikatan dengan muatan negative dalam sel, sehingga miroorganisme
terlihat dengan jelas. Zat warna asam yang bermuatan negative umumnya tidak
digunakan untuk mewarnai mikroba, tetapi biasanya digunakan utuk mewarna latar
belakang sediaan pewaranaan. Zat warna yang bermuatan negative ini tidak dapat
berikatan dengan muatan negative yang terdapat dalam struktur sel. Kadang kala
zat warna negative ini digunakan untuk mewanai bagian sel yang bermuatan
positif. Muatan dan daya ikat zat warna teradap struktur dapat berubah
tergantung OH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Waluyo, 2008).
Prosedur pewarnaan
yang mengahsilkan pewarnaan mikroba dinamakan pewarnaan positif. Dalam prosedur
ini dapat digunakan zat warna basa yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatn negatif.
Sebaliknya pewarnaan negatif yang diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan
mikroba yang tidak berwarna (Waluyo, 2008).
Pewarnaan bakteri
memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memudahkan
melihat mikroba dengan mikroskop
2. Memperjelas
ukuran dan bentuk mikroba
3. Melihat
struktur luar dan struktur dalam bakteri, seperti dinding sel dan vakuola
4. Menghasilkan
sifat-sifat fisik dan kimia khas dari bakteri dengan zat warna (Waluyo, 2008)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pewarnaan
Pewarnaan sel
miroorganisme umunya menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Hasil
pewarnaan tergantung beberapa faktor lain, seperti;
1. Fikasai
Cara
yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan pemanasan atau dengan
freeze driying atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan menggunakan kimia
seperti sabun, fenol dan formalin. Fungsi fiksasi sebelum pewarnaan yaitu:
a.
Merekatkan sel mikroba pada gelas objek
b.
Membunuh mikroorganisme secara cepat
dengan tidak menyebabkan perbahan-perubahan bentuk dan strukturnya.
c.
Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna
d.
Membuat sel-sel mikroba lebih kuat
(keras)
e.
Melepaskan granuler (butiran) protein
menjadi gugu reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus
–OH dari zat warna.
f.
Mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya
sel yang disebabkan olehenzim-enzim yang dikandungnya sendiri
g.
Mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus
tertentu (karboksil amino primer dan sulfhidril).
2. Pelunturan
zat warna
Pelunturan
zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel yang telah
diwarnai. Ini berfungsi untuk mengahsilkan kontras yang baik pada bayangan
mikroskop. Ditinjau dari kekuatan ikatan anatara sel dengan zat warna, maka
dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam, tahan alcohol, tahan air dan
lain-lain. Istilah tahan asam digunakan bila zat warna telah diikat kuat oleh
sel sehingga tidak dapat dilunturkan warnanya oleh asam, begitu juga dengan
tahan alcohol dan tahan air masing-masing tidak dapat dilunturkan oleh alcohol
dan air. Ada beberapa macam peluntur zat warna, antara lain:
a.
Peluntur warna bersifat asam yakni HNO3,
HCl, H2SO4 dan campuran asam-asam tersebut dengan alcohol.
b.
Peluntur zat warna bersifat basa yakni
KOH, NaOH, sabun dan garam-garam basa.
c.
Peluntur zat warna lemah, yaitu
alcohol, air minya cengkeh, aseton dan gliserin
d.
Garam-garam logam berat AgNO3,
CuSO4 dan lain-lain.
e.
Garam-garam logam riangan Na2SO4,
MgSO4 dan lain-lain
3. Identifikasi
pewarnaan
Zat
warna dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara misalnya dengan mempertinggi
kadar zat warna, mempertinggi temperature pewarnaan 60-90oC dan
menambahkan suatu mordan. Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabkan
zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel bila dibandingkan dengan cara
pewarnaan tanpa diberi mordan. Ada beberapa mordan, yaitu:
a.
Mordan basa
b.
Mordan asam
4. Substrat
Atas
dasar macam zat warna yang diserap oleh sel dapat dibedakan:
a.
Sel-sel basofil
b.
Sel-sel asidofil/ oksifil
c.
Sel-sel yang sudanofil
5. Zat
warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna
penutup adalah suatu zat warna basa yang berada warnanya dengan zat warna
mula-mula yang digunakan. Fungsi dari zat warna punutup adalah memberkan warna
pada sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna punutup
diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan memberikan kontras pada sel-sel
yang tidak menyerap zat warna utama.
Pembuatan Preparat
Sebelum dilakukan
pewarnaan pada sel mikroba, harus dilakukan praparat oles. Preparat oles yang
baik merupakan prasyarat berhasilnya pewarnaan. Adapun teknik pewarnaan yang
tepat yaitu:
1. Olesan
tidak terlalu tebal, pada olesan yang tebal sel-sel bakteri akan
bertumpuk-tumpuk sehingga sulit untuk menentukan bentuk sel individu.
2. Olesan
tidak terlalu tipis karena dapat menylulitkan pengamatan secara mikroskopis.
3. Kaca
objek yang dipakai tidak boleh tergores dan harus bersih betul. Hal ini
disebabkan ukuran sel bakteri amat kecil, maka goresan atau partikel debu pada
kaca objek dapat dikelirukan sebagai mikroba.
4. Preparat
bakteri harus benar-benar kering udara sebelum difiksasi dengan panas.
5. Penggunakan
teknik aseptic, untuk menghindakan kontaminasi preparat yang dibuat dan
melindungi diri sendiri (Waluyo, 2008).
Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana
atau pewaraan tunggal adalah salh satu cara pewarnaan yang hanya menggunakan
satu macam zat warna. Tujuan pewarnaan ini yakni untuk meningkatkan kontraas
antara mikroorganisme dengan sekelilingnya. Zat warna yang digunakan adalah
metilen blue, gentian violet (Kristal violet), karbol fuksin, safranin, hijau
malakhit dan lain-lain. Pewarnaan sederhana mudah dan cepat sehingga pewarnaaan
ini sering digunakan untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan mikroorganisme.
Pewarnaan sederhana dapat memperlihatkan penataan bakteri, misalnya seperti
rantai (stretokokus) seperti buah anggur (stafilokokus), berebtuk kubus
(sarcina). Disamping itu dengan pewarnaan sederhana dapat pula mengamati
struktur tertentu misalnya endospora (Waluyo, 2008).
Pewarnaan Negatif
Pewarnaan ini buka
untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap.
Caranya secara umum dengan mencampur mikroba dalam setetes tinta bak/ tinta
cina/ tinta india (negrosin) lalu meyebarkan diatas kace objek yang bersih
(Waluyo, 2008).
Pewarnaan negatif
menyebabkan mikroba kelihatan transparan (tembus pandang) dan tampak jelas
pisah diatara medan yang gelap karenapewarnaan ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel. Berbeda dengan metode pewarnaan yang lain, pada
pewarnaan negative tidak mengalami pemanasan atau perlakuan lain dengan dengan
bahan kimia (Waluyo, 2008).
Berhasil tidaknya
metode ini tergantung pada kaca objek hatus betul-betul bersih, jumlah negrosin
yang digunakan menentukan keberhasilan pewarnaan dan campuran mikoorganisme
harus digesekkan diatas kaca bjek bukan sekedar didorong (Waluyo, 2008).
Ciri-ciri pewarnaan
negatif adalah:
1. Menggunakan
zat warna yang bermuatan negative.
2. Tujuan
penggunaan zat warna negative tersebut, menyebabkab zat warna tidak mewarnai
permukaan sel yang bermuatan negative.
3. Pewarnaan
negative bukan pewarnaan mikroba, karena sel mikroba tetap tidak berwarna
setelah penambahan zat warna.
4. Kesalahan
yang sering dilakukan yakni preparat ulas terlalu tebal dan terlalu tipis. Bila
preparat terlalu tebal menyebabkan lingkungan sekitar bakteri gelap dan mikroba
tidak dapat dibedakan dengan lingkungan disekelilingnya. Tetapi bila preparat
terlalu tipis tidak terjadi kontras yang tajam antara mikroba dengan lingkungan
sekitar.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan
gram memilah bakteri menjadi 2 kelompok, yakni bakteri gram positif dan bakteri
gram negative. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks
warna Kristal violet-iodium tetap diperthankan meskipun diberi larutan pemucat.
Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna tersebut
larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mangambil zat warna kedua
yang berwarna merah (Waluyo, 2008).
Penyebab perbedaan
pewarnaan gram kemingkinan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif
berbeda dengan bakteri gram negative. Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri
gram positif menyusut leh perlakuan alcohol karena terjadi dehidrasi,
menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya kompleks
zat ungu Kristal iodium pada langkah pemucatan. Sedangkan bakteri gram negative
memiliiki kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding sel dan lipid tersebut
dapat larut dalam alkohol dan aseton. Larutan lipid oleh zat pemucatan yang
digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah
penyebab proses pemucatan antara dinding sel gram negative lebih cepat (Waluyo,
2008).
Mikroba kelompok gram
positif dapat memperhatikan ciri gram negative bila mengalami pemucatan
berlebihan. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Pelaksanaan
fikasai panas terhadap olesan
Olesan
bakteri yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel
bakteri. Dalam keadaan demikian, maka sel bakteri gram positif akan melepaskan
warna primer dan menerima warna tandingan.
2. Ketetapan
sel pada olesan
Olesan
yang baik henydaknya tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Pada pewarnaan
gram, olesan yang terlampau tebal tidak akan memucat secepat seperti olesan
dengan kerapatan sel yang normal.
3. Jenis
dan konsentrasi reagen yang digunakan pewarnaan
Larutan
etanol 95% bekerja paling lambat sebagai larutan pemucat, sedangkan aseton
paling cepat.
4. Jenis
medium pertumbuhan
Bakteri
gram positif bila terlalu lama ditumbuhakan dalam medium yang mengandung bahan
yang mudah terfermentasi dapat berubah menjadi bakteri gram negative. Demikian
pula bila bakteri gram positif bila ditambah perlakuan khusus, misalnya
ditambah larutan pekat AND dapat berubah menjadi gram positif.
5. Umur
biakan
Pewarnaan
gram memberikan hasil baik bila menggunakan biakan segar yang berumur 24-48 jm.
Bila menggunakan biakan tua maka kemungkinan besar terjadi penyimpangan hasil
pewarnaan gram (Waluyo, 2008).
Pewarnaan Spora
Spora
pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora
dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak
mengntungkan bagi bakteri tersebut. Lingkungan yang tidak memungkinkan atau
menguntungkan disebabkan langkanya sumber karbon, energy dan fosfat. Selain itu
bahaya yang bersifat toksik, suhu yang idak sesuai atau lingkungan yang kering.
Ada dua tipe spora
yang terbentuk, yang ertama terbentuk dalam sel, yang disebut dengan endospora
dan spora yang terbentuk diluar sel yang disebut eksospora. Lapisan bagian luar
spora merupakan lapisan penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga spora
sulit diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan
ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk,
dapat memakai larutan hijau malakhit dan lauran safranin (Waluyo, 2008).
Bentuk Bakteri
Berdasarkan
benuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu basil,
kokus da spiril.
1. Basil
(dari basillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian besar
bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan
dua-dua atau terlepas atu sama lain. Yang bergandeng-gandeng panjang disebut
streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas
satu sama lain itu tumpul, sedangkan ujung-ujung yang masih bergandengan itu
tajam.
2. Kokus
(dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan
ini sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandengan panjang serupa tali
leher, ini disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua ini disebut
diplokokus, ada yang mengelompok berempat ini disebut tertrakokus, kokus
mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus sedangkan kokus yang
mengelompok serupa kubus disebut sarsina.
3. Spiri
(dari spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral.
Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak benyak terdapat. Golongan ini merupakan
golongan yang paling kecil, jika dibandigkan dengan golongan kokus maupun
golongan basil (Dwidjoseputro, 2005).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
pewarnaan sedehana, pewarnaan negative, pewarnaan gram dan pewarnaan spora ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2011 pukul 15.30-17.00 WITA di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Matematuka dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
-
Mikroskop listrik
-
Preparat
-
Cover glass
-
Jarum ose
-
Cawan petri
-
Lampu bunsen
-
Wadah zat pewarna
-
Pipet tetes
-
Penjepit kayu
3.2.2 Bahan
-
Carbol puchsin/ crystal violet
-
Nigrosin/ tinta cina
-
Lugol’s iodine
-
Safranin
-
Malachite green
-
Alcohol 70% dan 95%
-
Air
-
Kertas saring
-
Bakteri
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja
pewarnaan sederhana
1.
Dibersihkan objek glass dengan alcohol
sampai bebas lemak, kemudian fiksasi diatas nyala lampu spiritus.
2.
Diambil secara aseptic satu ose
suspense bakteri dan ratakan diatas obejek glas seluas 1 cm2.
3.
Dikeringanginkan praparat tersebut
hingga membentuk noda.
4.
Setelah kering difikasasi dengan cara
memanaskan diatas nyala lampu bunsen.
5.
Setelah dingin diteteskan pada noda larutan
zat warna sebanyak 1 tetes atau 2 tetes dan dibarkan selama 1 atau 2 menit.
6.
Dicuci dengan air mengalir sampai
sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya.
7.
Dikeringkan praparat dengan dianginkan.
8.
Diamati dibawah mikroskop, sel-sel
bakteri akan tampak berwarna merah (ungu) dengan bentuk-bentuk bakteri
tersebut.
9.
Digambar bentuk-bentuk bakteri
tersebut.
3.3.2 Cara kerja
pewarnaan negatif
1.
Dibersihkan objek glas dengan alcohol
bebas lemak kemudian difiksasikan diatas nyala lampu spiritus.
2.
Setelah dingin, diambil suspense biakan
murni bacillus sp, dengan ose secara
aseptis dan letakkna diatas objek glass.
3.
Diambil sedikit zat warna nigrosin atau
tinta cina dengan batang glass dan campur dengan suspense bakteri yang telah
diletakaan diatas objek glass.
4.
Campuran bakteri dengan larutan
nitrogliserin (tinta cina) ini kemudian diratakan dengan batang glass hingga
merupakan lapisan yang tipis sekali.
5.
Dikeringkan praparat dengan dianginkan.
6.
Diamati dibawah mikroskop dengan kuat,
sel-sel bakteri akan tampak transparan dengan latar belakang hitam (gelap).
3.3.3 Cara kerja
pewarnaan gram
1.
Dibersihkan objek glass dengan alcohol
hingga bebas lemak, kemudian difiksasi diatas nyala lampu spiritus.
2.
Diambil secara aseptic 1 ose suspense
bakteri dan letakkan pada objek glass. Setelah tu diratakan campuran suspense
bakteri tersebut.
3.
Dikeringkan dengan dianginkan dan
selanjutnya dilakukan fiksasi diatas nyala lampu spiritus.
4.
Setelah dingin dibubuhkan zat warna
crystal violet sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama menit.
5.
Dicuci dengan air mengalir dan kemudian
dikeringkan dengan dianginkan.
6.
Diteteskan dengan larutan lugol dan
biarkan 1 menit dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan dianginkan.
7.
Kemudian dicuci dengan alcohol 95%
selama 30 detik, selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan
dianginkan.
8.
Diberi larutan basic fuchsin atau
safranin selama 2 menit.
9.
Dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan dengan menganginkan.
10. Diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat. Diamati bakteri gram positif dan mana
bakteri gram negative atau bakteri gram variable.
3.3.4 Cara kerja
pewarnaan spora
1.
Dibuat preparat ulas lalu ditutup
dengan secarik kertas saring.
2.
Diteteskan 2-3 tetes malachite green.
Dengan menggunakan penjepit tabung lewatkan slide tersebut diatas api selama 5
menit (hingga uap terlihat). Jangan dibiarkan zat warna mendidih atau
mongering.
3.
Setelah 5 menit, didiamkan selama 1
menit lalu buang kertas saring (jangan diseret), dibilas dengan aquades selama
30 detik.
4.
Diteteskan safranin 30 detik dan
dikeringkan tanpa fiksasi pemanasan.
5.
Diamati dibawah mikroskop. Dengan
pewarnaan ini spora berwarna hijau dan bagian lainnya/ sel vegetative berwarna
merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
Pewarna : Chrystal violet
Warna : Hijau lumut
Warna zat : Hitam
Bentuk :Coccus
Perbesaran : 4 x 10
|
2.
|
|
Pewarna : Chrystal violet, lugol
Warna : Ungu
Warna zat : Orange
Bentuk : Coccus
Perbesaran : 4 x 10
|
3.
|
|
Pewarna : Tinta cina
Warna : Bening
Warna zat : Pink dan ungu
Bentuk : Coccus
Perbesaran : 4 x 10
|
4.
|
|
Pewarna : Safranin dan melachite
Warna : Hijau
Warna zat : Merah
Bentuk : Spora
Perbesaran : 4 x 10
|
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, praktikan diminya untuk melakukan pewarnaan mikroba.
Praktiku pewarnaan mikroba mempunyai tujuan mengidentifikasi morfologi sel
bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal, mengetahui bentuk mikroba dengan
pewarnaan tidak langsung, melakukan pengamatan morfologi bakteri dengan
pewarnaan diferensial. Pewarnaan dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu dengan
pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan gram dan pewarnaan spora.
Pewarnaan sederhana,
merupakan pewarna yang paling umu digunakan. Disebut demikian karena digunakan
satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organism. Kebanyakan bakteri telah
berekasi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil
(suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkali (komponen kromofrnya bersifat positif). Pewarna sederhana ini
memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus,
vibrio, basilus dan spiral) dari bahan-bahan yang ada pada olesan yang diwarnai
(Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negative,
metode ini buka untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras
dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agat
kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negative
mewarnai latarnya, karena zat yang digunakan merupakan zat warna asam yang
bermuatan negative yang umumnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroba, tetapi
digunakan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna yang
bermuatan negative ini tidak dapat berikatan dengan muatan negative yang
terdapat dalam struktur sel. Pada pewarnaan negative ini latar belakang
disekeliling mikroba diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroba yang tidak
berwarna (Waluyo, 2008).
Pewarnaan negative
biasanya digunakan untuk bakteri yang sukar diwarnai sehingga menggunakan
pewarna negative dimana yang diwarnai bukan bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi gelap. Fungsi dari pewarnaan ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel. Zat warna yang dipakai dalam pewarnaan negative
adalah nigrosin yang berfungsi untuk mewarnai permukaan sel yang bermuatan
negative. Sehingga jika dilihat dari mikroskop akan terlihat berbentuk bakteri
dengan latar belakang berwarna gelap (Waluyo, 2008).
Pewarnaan gram atau
metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri
menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negative, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Bakteri yang berwarna ungu dengan
pewarnaan gram disebut bakteri gram positif, sedangkan yang berwarna merah
disebut dengan bakteri gram negative (Entjang, 2003).
Pewarnaan gram
termasuk pewarnaan diferensial yaitu dapat membedakan anatar bakteri gram positif
dan bakteri gram negative. Pewarnaan gram ini merupakan tahapan penting dalam
identifikaasi bakteri. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan
kompleks warna Kristal violet-iodium tetap dipertahankan meskipun diberi lautan
pemucat. Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna
tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat
warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan tersebut
disebabkan struktur terutama dinding sel, kedua kelompok bakteri tersebut
(Waluyo, 2008).
Pewarnaan spora,spora
pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora
dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi bakteri tersebut. Lapisan bagian luar spora merupakan
lapisan penahan yang baik teradap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai.
Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan
lapisan luar spora mengembang sehinggazat warna dapat masuk, zat warna yangdigunakan
larutan hijau malakhit dan larutan safranin (Waluyo, 2008).
Adapun hasil pengamatan dari percobaab pada
pewarnaan sederhana yang menggunakan pewarna chrystal violet dan dilihat dengan
perbesaran 4 x 10 diperoleh bektri berbentuk coccus, berwarna hijau dan
memiliki warna zat hitam. Pada pewarnaan gram yang menggunakan pewarna chrystal
violet, lugol dan dilihat dengan perbesaran 4 x 10 dapat dilihat bakteri
berbentuk coccus, berwarna ungu dan memiliki warna zat orange. Pada pewarnaan
negative yang menggunakan pewarna tinta cina dan dilihat dengan perbesaran 4 x
10 dapat dilihat bakteri berbentuk coccus, berwarna bening dengan warna zat
ungu dan pink. Dan pada pewarna spora yang menggunakan pewarna safranin dan
malachite green dilihat dengan perbesaran 4 x 10 dapat dilihat bakteri
berbentuk spora, berwarna hijau dan meiliki warna zat merah.
Setiap
pewarna yang digunakan dalam setiap metode pewarnaan memiliki fungsi
masing-masing, yaitu:
1.
Pada metode pewwarnaan sederhana
menggunakan crystal violet atau methylen blue sebagai pengikat atau
pewarna utama untuk dapat melihat bentuk
mikroba.
2.
Pada pewarnaan negative menggunakan
nigrosin atau tinta cina sebagai pewarna utama untuk mewarnai latar belakang
bakteri karena bakteritidak dapat diwarnai sehingga hanya diwarnai latar
belakangnya.
3.
Pada metode pewarnaan gram menggunakan
4 macam pewarna, yaitu chystal violet yang berfungsi sebagai pengikat atau
pewarna utama untuk mengetahui bakteri gram positif dan tidakdapat dilunturkan
oleh peluntur, lugol’s iodine berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks
Mg-riboneduic acid, alcohol 96% sebagai pencuci lemak pada dinding sel bakteri
(larutan pemucat), safranin merupakan zat warna lawan (tandingan) setelah
lunturnya komplek Mg-ribonecluic acid crystal violet dan dinding sel bakteri
sehingga member warna merah pada bakteri.
4.
Padametode pewarna spora menggunakan
malachite green yang berfungsi sebagai zat warna utama, melihat bentuk spora
bakteri. Dan safranin merupakan zat warna lawan yang digunakan untuk
menunjukkan sel vegetatif dengan memberikan warna merah akibat safranin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum pewarnaan bakteri yang telah dilakukan di laboratorium dapat diatrik
kesimpulan bahwa:
1. Ada
empat teknik pewarnaan bakteri, yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negative,
pewarnaan gram dan pewarnaan apora.
2. Metode
yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri yaitu pewarnaan sederhana dengan zat
warna tunggal. Pewarnaan negative dengan pewarnaa tidak langsung, pewarna gram
dengan pewarnaan diferensial dan pewarnaan spora.
3. Bakteri
gram positif mempunyai cirri berwarna ungu karena mengikat warna pada pewarna
dasar yang tidak terhapus oleh pencucian alcohol serta tidak menyerap pewarna
kontras sedengkan bakteri gram negative mempunyai cirri terhapuskan oleh
pencucian dengan alcohol serta meyerap pewarna kontras.
5.2 Saran
Saran
yang dapat diberikan untuk percobaan ini adaah sebaiknya praktikan memahami
cara kerja pada setiap percobaan dengan baik sehingga tidak terjadi kesulitan
ketika melaksanakan praktikum. Dan diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, tidak bergurau saat melaksanakan praktikum
sehingga laboratorium tidak menaji gaduh.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Galung, Firman. 2009. http://firebiologi07.wordpress.com/.
Diakses pada tanggal 2 April 2011 pukul 09.46 pm di Samarinda.
Hadioetomo, Sri Ratna. 1982. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiah Malang:
Malang.
0 komentar:
Posting Komentar