Laporan Praktikum Q

Senin, 09 Juli 2012

SAAT AKU MERASA BELUM SIAP


“Pernah nggak sih merasakan kalau ilmu dalam bidang yang kita geluti sekarang masih sangat kurang dan merasa belum siap untuk terjun kedunia pekerjaan yang sebenarnya?”
Itu pertanyaan yang dilontarkan seseorang beberapa saat lalu, entah memang kebetulan atau apa, tiba-tiba dia menanyakan hal yang menjadi topik utama dalam pemikiranku.
Jawabannya, “Pernah dan saat ini aku memang sedang memikirkan itu!”
Akhir-akhir ini aku sering malu sendiri mengaku sebagai anak farmasi. Kenapa? Karna aku merasa aku nggak tau apa-apa. Eh bukan nggak tau apa-apa ding, masih banyak nggak tau-nya terutama dalam bidang obat-obatan.
Nah loh, kok bisa? Khan anak farmasi.
Nah itu dia, kok makin kesini aku makin ngerasa banyak banget yang aku nggak tau. Diawal semester aku memaklumi ini, karna pikirku toh namanya juga baru belajar, masih tahap awal wajarlah kalau ndak tau.
Liat kakak tingkat 2 yang kadang suka aku tanya ini itu mereka bisa jawab, yah aku memaklumi itu. Pikirku ya wajar karna mereka sudah tingkat 2, sudah belajar banyak jadiii ya wajar kalau mereka lebih tau.
Tapi sekarang saat aku akan menginjak tingkat 3. Aku jadi memiliki ketakutan sendiri. Bukan takut menghadapi terjalnnya perjalanan ditingkat 3. Tapi lebih ke… setelah lulus nanti. Rasa-rasanya aku belum siap!
Rasanya bekalku sangat-sangat minim.
Rasanya apa yang sudah pernah dikasih menguap gitu aja.
Rasanya aku masih banyak nggak tau-nya.
Dan itu terbukti..!
Salah satunya waktu ujian praktikum farmakologi beberapa waktu lalu. Ketahuan banget kalau aku masih banyak nggak tau-nya. Entah kenapa padahal nilai ‘teori’ farmakologiku selama ini baik-baik aja. Dan hasil teori itu selalu aku usahakan murni, bukan hasil yang diperoleh dari menikmati lukisan ataupun senam dadakan saat ujian. Sombong, hmmm, bukan teman aku cuma mencoba mengevaluasi kenapa itu bisa terjadi.
Hmmmmm.
Eh bukan, bukan karna aku kecewa dengan hasil praktek yang aku peroleh. Justru aku bersyukur bisa dapat segitu, mengingat kejiadian waktu ujian aku kek bawa rantang tapi gada isinya. Dari kejadian itu akhir-akhir ini aku mikir gimana nanti kalau sudah kerja. Secara ujian farmakologi lisan khan yah, otomatis nggak jauh bedalah kalau nanti misalnya ditanya dilapangan. Yah walaupun di apotek nggak dikasih pertanyaan segitunya sih. Tapi ada beberapa pertanyaan yang kemungkinan pertanyaan seperti itu akan dihadapi. Misalnya ni, ada yang tanya
“Ibu saya kena diabetes ni, bagusnya pake obat apa ya?”
Atau pertanyaan iseng begini.
“Kenapa sih, insulin kok dikasih injeksi sc? Kenapa harus sc?”
Secara anak farmasi khan ya, yang bikin suatu sediaan khan yah, walau ini pertanyaan iseng banget tapi harusnya khan tau ya kenapa tujuan suatu obat dibuat sediaan seperti ini dan cara penggunaannya begini. Tapi nyatanya. Huaaaaaaaaaa, nangis bombay.
Atau pertanyaan lain.
“Saya demam ni, sudah pake pake parasetamol, tapi nggak turun-turun juga demamnya, boleh dikombinasikan nggak?”
“Anti nyeri yang lebih bagus dari parasetamol apa sih?”
“Obat diuretic apa aja sih?”
“Apa sih bedanya analagetik, antipiretik dan antiinfamasi?”
“Gimana sih kerjanya obat diuretik kok bisa menurunkan tekanan darah?”
“Apa sih bedanya furosemid dan torsemid?”
Bisa jawab? Jujur ku katakan, aku butuh waktu untuk berfikir dan mengingat. Atau lebih dari itu, aku butuh buku! Hikz, ini yang aku takutkan. Aku takut sesuatu yang sudah aku ketahui tapiiii memori itu hilang gitu aja. Huhuhuhu.
Masa nanti misal ada yang tanya “Glibenklamid itu obat apa sih?”
“Apa sih bedanya glibenklamid sama metformin?”
Trus aku jawab “Bentar, aku ingat-ingat dulu?” (lama berpikir)
“Eh bentar ya saya buka dibuku dulu.”
Atau paling parah “Wah, ndak tau.”
Huaaaa, khan nggak lucu kalau aku jawab begitu. Secara itu sudah pernah didapat. Hikz hikz hikz. Yah, walaupun ‘menurutku’ sah-sah aja kalau buka buku daripada kasih informasi salah. Tapi dan tapi masa iya begitu. Hhuaaa aku dalam masalah besar, kawan-kawan. Hikz.
Kenapa aku baru sadar sekarang yaaaaa. Haduh. T.T
Bodohnya aku! Ah bukan, nggak ada manusia yang bodoh. Seperti kata salah satu dosenku. “Jangan salahkan dirimu terlalu dalam tapi perhatikan perencanaanmu.”
Pada nangkep maksudnya?
Kalau yang aku tangkap sih, maksud dari kata-kata itu, ketika kegagalan menghampiri maka jangan salahkan diri sendiri terus menerus, tapi koreksi langkah-langkah yang telah diambil, karna bisa saja ada yang salah dengan langkah yang telah kita jalani selama ini. Contohnya ketika harus remidi, maka koreksi cara belajar, mungkin aja cara belajar itu yang salah, kek belajar sistem kebut semalam.
Yaaa, mungkin cara belajarku yang salah. Bukan mungkin tapi sepertiya memang begitu. Eh bukan seperti lagi tapi kenyataanya begitu. Huu, T.T kenyataan memang pahit.
Yasudahlah ingat ini aja,
Kata Bu Risa “Kalau belajar itu diulang-ulang seminggu beberapa kali. Baca aja nanti lama-lama ingat.”
Pesan Pak Faisal “Belajar itu 10 x 10 x 10.” Maksudnya, 10 kali baca, 10 kali memahami, 10 kali diamalkan. Kalau nggak salah mah begitu maksudnya, maklum yah memorinya tentang itu suda kececer jadi rada lupa maksudnya. Tapi keknya sih itu maksudnya.
Nah, pesannya Pak Tris juga “Kalau belajar jangan cuma untuk ujian, tapi karna kalian perlu tau itu.”
Dan nggak ketinggalan pesan yang sering banget aku dengar setelah responsi sama Pak Toyyib “Anda harus banyak membaca lagi.” atau dengan nada lain “Anda ini harus banyak membaca.”
Hmmmmm,,yah memang cara belajarku yang salah. Dan aku akui itu. Harus banyak belajar lagi, banyak-banyak mengulang dan memahami plus memperbaiki cara belajar itu. Sebelum semuanya terlambat.

Tapi tolong kasih tau aku, gimana caranya supaya yang sudah kita ketahui nggak menguap gitu aja. T.T
Aku nggak mau 2 tahun yang sudah terlewatkan, terbuang sia-sia. Dengan alasan ‘saya lupa’. Haduh rugi banget aku yaaah. Hikz.


Kota tepian, 5 Juli 2012

0 komentar: