Laporan Praktikum Q

Selasa, 10 Juli 2012

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROBA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Didalam bidang ilmu mikrobiologi, utuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana didalamnya hanya terdappat bakteri yang kita tumbuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini harus dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Galung, 2009).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan isolasi untuk memisahkan mikroorganisme tertentu dari lingkungan hidupnya, sehingga dapat diperoleh biakan murni.

1.2  Tujuan
1.     Mengetahui yang dimaksud dengan isolasi mikroba
2.    Mengetahui teknik dasar isolasi mikroba
3.    Mengetahui morfologi mikroba dari form, elevation dan marginnya


BAB II
TINJAUN PUSTAKA

Populasi mikroorganisme yang ada dialam sekitar kita ini sangatlah besar dan cukup kompleks. Berates spesies mikroba mengausai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Sutu gram tinja dapat mengandng jutaan bakteri. Alam sekitar kita, baik itu tanah, air maupun udara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme. Penelitian yang layak menganai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik unuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel yang semuanya barasal dari suatu sel induk (Pelczar, 1986).
Jika kita pertama kali mengadakan piaraan biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan campuran. Misalnya kita ambil bahan ampel dari udara, dari tanah, dari kotoran; jika bahan itu disebarkan pada medium steril, akan tumbuh beraneka kolni yang masing-masing mempunyai sifat-sifat khas. Jika kita mengambil bahan dari suatu koloni tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pemindahan itu dilakukan dengan cermat menurut teknik aseptic, yaitu menggunakan alat-alat yang setril dan aturan laboratorium tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Pemindahan bakteri dari medium lama kemedium yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan dignakan untuk pengerjaan medium dan pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh didalam medium adalah benar-benar biakan murni (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam keadaan yang sebanarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri pathogen kedapatan bersama-sama dengan bakteri saproba. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal dengan beberapa cara, yaitu:
1.     Pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus Laktis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sempel susu yang sudah masam. Suatu sempel dari suatu supensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai sampel (Dwidjoseputro, 2005).
2.    Penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil sedikit sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian disebarkan didalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian akan diperoleh suatu piaraan adukan. Setelah mediaum tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan diatas maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin (dwidjoseputro, 2005).
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan didalam medium diantarany adalah:
1.     Metode Cawan Gores
Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanykan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum dilakukan adalah ttidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjad kurang larut dan cenderung untuk menggunakan inokolum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores (Galung, 2009).
2.    Metode Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba didalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diatara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah diatas permukaan maupun didalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi (Galung, 2009).
Proses pemisahan/ pemurnia dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdii dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba. Terdapay berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu:
1.     Isolasi Pada Cawan Agar
Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme lain. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut seletah inkubasi berasal dari atu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar, yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadart bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan etode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50 oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/ didalam cawan (Galung, 2009).
2.    Isolasi Pada Medium Cair
Metode ini dilakukan bila mikroorganisme tiadak adapat tumbuh pada agar cawan (mediaum padat), tepapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengencerran. Semakin tinggi pengenceran, peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar (galung, 2009).
3.    Isolasi Sel Tunggal
Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode cawan/ medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun mikomanipulator yang dilakukan secara aseptis (Galung, 2009).
Penetapan jumlah bakteri dalam suatu polulasi mungkin saja akan hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada didalam suatu biakan itu mampu untuk hidup secara terus menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup adalah sel yang membentuk koloni didalam medium biakan atau dapat juga digunakan bakteri yang mampu membentuk suspense didalam medium biakan. Sel-sel yang mampu hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metodeuntuk menetapkan jumlah selnya. Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat dihitung dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat akan ikut erhitung. Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada didalam suatu medium maka apat digunakan beberapa cara sebagai berikut:
1.     Jumlah bakteri secara keseluruhan. Pada cara ini dihitung semua bakteri yang ada didalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.
2.    Jumlah bakteri yang hidup. Cara ini menggambarkan jumlah sel yng hidup saja sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang petama (muslin, 2011).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri. Samel yang telah diencerkan ini dihitung kedalam cawan baru kemudian dituang kemediumnya. Kemudian setelah diinkubasi selama 24-48 jam, diamati koloni-koloni yang tumbuh (Muslim, 2011).
Adapun prinsp dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hiting cwan ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:
1.     Hanya sel yang masij hidup yang dihitung
2.    Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.    Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang spesifik (Muslim, 2011).
Berikut ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk, permukaan dan tepi yaitu:
1.     Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, takteratur seruapa akar dan serupa kumparan
2.    Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah
3.    Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting (Dwidjoseputro, 2005).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba ini dilakukan pada hari Senin, 04 April 2011 pukul 15.30-17.00 WITA dan dilanjutkan identifikasi pada hari Rabu, 06 April 2011 pukul 15.00-16.00 WITA dilaboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1   Alat
-     Laminar Air Flow Cabinet
-     Lampu Bunsen
-     Cawan petri
-     Tabung reaksi
-     Rak tabung reaksi
-     Erlenmeyer
-     Mikro pipet
-     Blue tip
-     Vortex
-     Botol steril

3.2.2  Bahan
-     Alkohol 70%
-     PDA dan NA
-     NaCl 0,9%
-     Air Rawa
-     Aluminium foil
-     Kertas label
-     Kertas HVS
-     Serbet

3.3  Cara Kerja
3.3.1   Cara Kerja PDA
1.     Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan didalam Laminar Air Flow Cabinet.
2.    Disterilkan dengan menggunakan alcohol 70%.
3.    Dikocok sampel (air rawa) sebanyak 25 kali.
4.    Diambil 0,5 ml sampel menggunakan mikropipet dan blue tip kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan, vortex dan beri label 10-1.
5.    Diambil 0,5 ml dari taung reaksi 10-1 menggunakan mikropipet dan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-2.
6.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2 menggunakan mikropipet dan dengan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-3.
7.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2 menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Ditambahkan PDA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan. Beri label PDA 10-2.
8.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-3 menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Ditambahkan PDA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan. Beri label PDA 10-3.
9.    Diinkubasi cawan petri selama 48 jam pada suhu 37 oC
10.  Setelah 48 jam diamati cawan petri dan dilakukan identifikasi mikroba.

3.3.2  Cara Kerja NA
1.     Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan didalam Laminar Air Flow Cabinet.
2.    Disterilkan dengan menggunakan alcohol 70%.
3.    Dikocok sampel (air rawa) sebanyak 25 kali.
4.    Diambil 0,5 ml sampel menggunakan mikropipet dan blue tip kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan, vortex dan beri label 10-1.
5.    Diambil 0,5 ml dari taung reaksi 10-1 menggunakan mikropipet dan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-2.
6.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2 menggunakan mikropipet dan dengan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-3.
7.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2 menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Ditambahkan NA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan. Beri label NA 10-2.
8.    Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-3 menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Ditambahkan NA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan. Beri label NA 10-3.
9.    Diinkubasi cawan petri selama 48 jam pada suhu 37 oC
10.  Setelah 24 jam diamati cawan petri dan dilakukan identifikasi mikroba.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel pengamatan media NA sampel air rawa
No
Gambar
Keterangan
1
NA 10-2 tampak depan (terlampir)
-        Form:circular
-        Elevation:flat
-        Margim:entire
2
NA 10-2 tampak belakang (terlampir)

-        Form:circular
-        Elevation:flat
-        Margim:entire
3
NA 10-3 tampak depan (terlampir)

-        Form:circular
-        Elevation:flat
-        Margim:entire
4
NA 10-3 tampak belakang (terlampir)

-        Form:circular
-        Elevation:flat
-        Margim:entire
4.1.2 Tabel pengamatan media PDA sampel air rawa
No
Gambar
Keterangan
1
PDA 10-2 tampak depan (terlampir)
-        Form:filamentaus
-        Elevation:flat dan umbonate
-        Margim:labate
2
PDA 10-2 tampak belakang (terlampir)
-        Form:filamentaus
-        Elevation:flat dan umbonate
-        Margim:labate
3
PDA 10-3 tampak depan (terlampir)
-        Form:circular
-        Elevation:flat, umbonate
-        Margim:entire
4
PDA 10-3 tampak belakang (terlampir)
-        Form:circular
-        Elevation:flat, umbonate
-        Margim:entire

4.2 Pembahasan
          Pada praktikum kali ini prkatikan diminta untuk melakukan isolasi dan identifikasi dasar mikroba. Raktikum isolasi dan identifikasi ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui dan melakukan isolasi miroba (bakteri dan jamur) dan dapat mengidentifikasi mikroa. Dalam praktikum ini isolasi menggunakan metode cawan tuang dengan prinsip aseptis.
Asepetik prosessing adalam metode pembuatan dalam container steril dalam lingkungan terkontrol sedemikian rupa sehingga komtaminasi mikroba tetap berada pada lavel yang dapat diterima (Lukas, 2006).
Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang benar dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
Pour plate atau cawan tuang merupakan cara untuk memperoleh cara biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan dan kemudian dicawankan karena konsentrasi sel-sel mikroba didalam eksperimen sebelumnya maka pengenveran dilakukan beberapa tahan sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah. Baik diatas permukaan maupun didalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari isolasi dan identifikasi mikroba kali ini adalah sebagai berikut:
1.     NA 10-2
Pada media ini berbentuk koloni circular (bulat), permukaan koloni (elevation) terlihat datar (flat), tepi koloni (margin) terlihat berbentuk utuh (entire). Jumlah koloni dalam media ini yaitu 21.
2.    NA 10-3
Pada media ini koloni berbentuk circular (bulat), permukaan koloni (elevation) terlihat dari samping rata (flat), tepi koloni utuh (entire). Jumlah koloni dalam media ini adalah 2.
3.    PDA 10-2
Pada media ini koloni berbentuk filamentaus (berbenang), permukaan koloni (evelation) terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi koloni bergerigi (labate). Jumlah koloni dalam media ini adalah 1
4.    PDA 10-3
Pada media ini koloni berbentuk cirkular (bulat), permukaan koloni (evelation) terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi koloni utuh (entire). Jumlah koloni dalam media ini adalah 11
Penggunaan NaCL 0,9% dalam praktikum ini adalah sebagai sumber mineral mikroba yang dimana dibutuhkan untuk menjaga sel mikroba tetap dalam keadaan yang isotonis. Jika hipotonis atau hiperyonis maka sel mikroba akan pecah. Selain itu larutan NaCl merupakan larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi/ tidak adanya kiroba sehingga cocok untuk media pengenceran.
Dilakukan pengenceran dengan harapan akan tumbuh koloni-koloni yang lebih terpisah jauh sehingga dapat diambil satu koloni yang dianggap murni untuk sementara.
Bila agar telah mengeras, sel tidak dapat bergerak lagi dan akan tumbuh membentuk koloi. Bila suspense sel cukup encer, koloni akan terpisah baik sehingga tiap koloni sangat besar kemungkinannya barasal dari satu sel. Namun untuk memastikan, perlu diambil satu koloni dari jenis yang dikehendaki. Dibuat suspense dengan air dan ditanamkan kembali pada lempeng agar dengan mengulang beberapa kali pasti akan diperoleh biakan murni.
Bakteri atau jamur tidak dapat dihitung secara tepat dengan pemeriksaan mikroskopik kecuali bila sekurang-kurangnya ada 10-8 sel untuk tiap ml air dalam alam jarang mengandung lebih dari 10-5 sel untuk tiap ml karena itu metode yang digunakan adalah perhitungan pada lempeng pembenihan. Karena hanya sel-sel yang sanggup membentuk koloni yang dihitung mka metode ini dikenal pula sebagai perhitungan sel hidup. Pengenceran diulang berturut-turut sampai terdapat pengenceran yang mengandung antara 30 dan 300 sel-sel pembentuk koloni ntuk tiap ml, karena bahan asli bisa mengandung sampai 1 juta bakteri hidup, maka perlu dilakuukan pengenceran sampai 10-5 alasan untuk embatasan koloni ini ialah kpada lebih dari 300 koloni maka lempeng pembenihan menjadi terlalu padat untuk memngkinkan tiap sel membentuk koloni yang dapat terlihat sedangkan bila koloni kurang dari 300 makan persen kejelian perhitungan terlalu cair.
Factor yang dapat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh pada lempeng agar antara lain adalah:
1.     Jenis pembenihan yang digunakan
2.    Suhu pengeraman.
3.    Tidak adanya oksigen (areob/anareob)
Factor kesalahan yang terjadi adalah penggunaan blue tip harus dipasangkan secara rapat pada mikropipet agar tidak terlepas pada  mikropipet agat tidak terlepas pada saat pengambilan sample. Kesalah dalam perhitungan dan pengamatan mikroba, sehingga mempengaruhi hasil pengamatan. Tangan yang belum disterilkan dengan alcohol, bisa membuat media, sample dan alat yang digunakan terkontaminasi. Kurang hati-hati dalam menghomogenkan media ketika dituangkan kedalam cawan petri sehingga bisa menyebabkan media tumpah dan terkontaminasi.
Media NA basa diinkubasi pada waktu 24 jam sedangkan media PDA memerlukan waktu 48 jam. Waktu ini dipilih sebab pada dasarnya kurang lebih setelah 12 jam, akan tampak koloni-koloni pada permukaan medium, pada saat 24 jam satu koloni saja dapat terdiri dari 50-72 generasi sel yang timbul dari satu tunggal saja. Dengan jumlah sekian sudah dapat dilakukan pengamatan selain itu masa inkubasi lebih dari waktu yang telah ditetapkan (24-48 jam) maka sel-selnya akan rusak.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
          Dari praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba yang telah dilakukan dilaboratorium dapat ditark kesimpulan bahwa:
1.     Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang benar dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
2.    Ada bermacam-macam teknik isolasi yaitu dengan pengenceran, penuangan, cawan gores, cawan tuang, pada agar cawan, pada medium cair dan sel tunggal.
3.    Pada media NA 10-2 media berbentuk circular, permukaan koloni terlihat flat dan tepi koloni terlihat entire. Pada NA 10-3 berbentuk circular, permukaan koloni terlihat flat dan tepi koloni terlihat entire. Pada PDA 10-2 media berbentuk filamentaaus,permukaan koloni terlihat flat dan umbonate, tepi koloni terlihat labate. Pada PDA 10-3 media terlihat berbentuk circular, permukaan koloni terlihat flat dan umbonate dan tepinya terlihat entire.

5.2 Saran
          Diharapkan dalam praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba ini praktikan dapat melakukan isolasi secara benar dan mematuhi metode aseptis. Dan diharapkan pula agar semua praktikan dapat melaksanakan kegiatan isolasi tidak hanya dengan melihat saja.


DAFTAR PUSTAKA
Bonang, Gerard & Enggar S Koeswardono. 1982. Mikorobiologi Kedokteran. Gramedia: Jakarta.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Galung, Firman Santhy. 2009. http://firmangalung07.blogspot.com/. Dikases pada tanggal 11 April 2011 pukul 09.19 WITA di Samarinda.
Lucar, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Andi: Yogyakarta.
Muslim, Ahmadi. 2011. http://pengujiankadarpengendalian.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 11 April 2011 pukul 08.28 WITA di Samarinda.
Perlczar, Michael. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press: Jakarta.

Lampiran
NA 10-2 tampak depan

NA 10-2 tampak belakang

NA 10-3 tampak depan

NA 10-3 tampak belakang

PDA 10-2 tampak depan

PDA 10-2 tampak belakang

PDA 10-3 tampak depan

PDA 10-3 tampak belakang

0 komentar: