BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Didalam
bidang ilmu mikrobiologi, utuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala
laboratorium, maka terlebih dahulu kita dapat menumbuhkan mereka dalam suatu
biakan yang mana didalamnya hanya terdappat bakteri yang kita tumbuhkan
tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini
biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini harus
dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan bakteri dan juga macam
lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri
tersebut (Galung, 2009).
Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan isolasi untuk memisahkan mikroorganisme
tertentu dari lingkungan hidupnya, sehingga dapat diperoleh biakan murni.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
yang dimaksud dengan isolasi mikroba
2. Mengetahui
teknik dasar isolasi mikroba
3. Mengetahui
morfologi mikroba dari form, elevation dan marginnya
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Populasi mikroorganisme
yang ada dialam sekitar kita ini sangatlah besar dan cukup kompleks. Berates
spesies mikroba mengausai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam
jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan
beribu-ribu mikroorganisme. Sutu gram tinja dapat mengandng jutaan bakteri.
Alam sekitar kita, baik itu tanah, air maupun udara juga dihuni oleh kumpulan
mikroorganisme. Penelitian yang layak menganai mikroorganisme dalam berbagai
habitat ini memerlukan teknik unuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini,
atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini
terdiri dari satu populasi sel yang semuanya barasal dari suatu sel induk
(Pelczar, 1986).
Jika kita pertama kali
mengadakan piaraan biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan campuran.
Misalnya kita ambil bahan ampel dari udara, dari tanah, dari kotoran; jika
bahan itu disebarkan pada medium steril, akan tumbuh beraneka kolni yang
masing-masing mempunyai sifat-sifat khas. Jika kita mengambil bahan dari suatu
koloni tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril,
maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pemindahan itu
dilakukan dengan cermat menurut teknik aseptic, yaitu menggunakan alat-alat
yang setril dan aturan laboratorium tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Pemindahan bakteri
dari medium lama kemedium yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi
bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus
mengusahakan agar semua alat-alat yang akan dignakan untuk pengerjaan medium
dan pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga
biakan yang tumbuh didalam medium adalah benar-benar biakan murni
(Dwidjoseputro, 2005).
Dalam keadaan yang sebanarnya dapat
dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari
spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri pathogen kedapatan bersama-sama dengan
bakteri saproba. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Pengenceran
Cara
ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus Laktis dalam piaraan murni
yang diisolasi dalam sempel susu yang sudah masam. Suatu sempel dari suatu
supensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu
tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1
ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil
0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar akan
didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi
mungkin juga hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian
ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika belum yakin, bahwa koloni tunggal yang
diperoleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka dapat mengulang
pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai sampel (Dwidjoseputro, 2005).
2. Penuangan
Robert
Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil sedikit sampel
campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian disebarkan
didalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian
akan diperoleh suatu piaraan adukan. Setelah mediaum tersebut mengental maka
selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat
dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan diatas maka akhirnya akan diperoleh
piaraan murni yang lebih terjamin (dwidjoseputro, 2005).
Ada
beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan didalam medium
diantarany adalah:
1. Metode
Cawan Gores
Metode
ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik
kebanykan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum dilakukan adalah ttidak memanfaatkan permukaan medium
dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjad
kurang larut dan cenderung untuk menggunakan inokolum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores (Galung, 2009).
2. Metode
Cawan Tuang
Cara
lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba
didalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diatara
cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah diatas permukaan maupun
didalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan
keterampilan yang terlalu tinggi (Galung, 2009).
Proses
pemisahan/ pemurnia dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdii dari satu macam mikroorganisme
saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba. Terdapay berbagai cara
mengisolasi mikroba, yaitu:
1. Isolasi
Pada Cawan Agar
Prinsip
metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme lain.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut seletah inkubasi
berasal dari atu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada
cawan agar, yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode
gores kuadart bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode
agar tuang berbeda dengan etode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan 50 oC, yang kemudian dicawankan.
Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/ didalam cawan (Galung, 2009).
2. Isolasi
Pada Medium Cair
Metode
ini dilakukan bila mikroorganisme tiadak adapat tumbuh pada agar cawan (mediaum
padat), tepapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengencerran. Semakin tinggi pengenceran,
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar (galung, 2009).
3. Isolasi
Sel Tunggal
Metode
ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak
dapat diisolasi dengan metode cawan/ medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan
dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun mikomanipulator yang
dilakukan secara aseptis (Galung, 2009).
Penetapan
jumlah bakteri dalam suatu polulasi mungkin saja akan hambatan. Hal ini karena
tidak semua sel yang ada didalam suatu biakan itu mampu untuk hidup secara
terus menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup
adalah sel yang membentuk koloni didalam medium biakan atau dapat juga
digunakan bakteri yang mampu membentuk suspense didalam medium biakan. Sel-sel
yang mampu hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metodeuntuk
menetapkan jumlah selnya. Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel
yang tampak atau yang dapat dihitung dengan cara yang lainnya, sehingga dengan
demikian sel-sel mati dan cacat akan ikut erhitung. Untuk menentukan jumlah
bakteri yang ada didalam suatu medium maka apat digunakan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Jumlah
bakteri secara keseluruhan. Pada cara ini dihitung semua bakteri yang ada
didalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.
2. Jumlah
bakteri yang hidup. Cara ini menggambarkan jumlah sel yng hidup saja sehingga
lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang petama (muslin, 2011).
Pada
metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri. Samel yang
telah diencerkan ini dihitung kedalam cawan baru kemudian dituang kemediumnya.
Kemudian setelah diinkubasi selama 24-48 jam, diamati koloni-koloni yang tumbuh
(Muslim, 2011).
Adapun
prinsp dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung
dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya.
Metode hiting cwan ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan
jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:
1. Hanya
sel yang masij hidup yang dihitung
2. Beberapa
jasad renik dapat dihitung sekaligus
3. Dapat
digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang
spesifik (Muslim, 2011).
Berikut
ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk, permukaan
dan tepi yaitu:
1. Bentuk
koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, takteratur seruapa
akar dan serupa kumparan
2. Permukaan
koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil mencembung,
timbul membukit dan timbul berkawah
3. Tepi
koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting (Dwidjoseputro, 2005).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba ini dilakukan pada hari Senin, 04 April
2011 pukul 15.30-17.00 WITA dan dilanjutkan identifikasi pada hari Rabu, 06
April 2011 pukul 15.00-16.00 WITA dilaboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman
Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
-
Laminar Air Flow Cabinet
-
Lampu Bunsen
-
Cawan petri
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Erlenmeyer
-
Mikro pipet
-
Blue tip
-
Vortex
-
Botol steril
3.2.2 Bahan
-
Alkohol 70%
-
PDA dan NA
-
NaCl 0,9%
-
Air Rawa
-
Aluminium foil
-
Kertas label
-
Kertas HVS
-
Serbet
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Cara Kerja PDA
1.
Disiapkan semua alat dan bahan yang
diperlukan didalam Laminar Air Flow Cabinet.
2.
Disterilkan dengan menggunakan alcohol
70%.
3.
Dikocok sampel (air rawa) sebanyak 25
kali.
4.
Diambil 0,5 ml sampel menggunakan
mikropipet dan blue tip kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
NaCl 0,9% yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan, vortex dan
beri label 10-1.
5.
Diambil 0,5 ml dari taung reaksi 10-1
menggunakan mikropipet dan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah
disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-2.
6.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2
menggunakan mikropipet dan dengan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah
disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-3.
7.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2
menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu.
Ditambahkan PDA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang
datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan.
Beri label PDA 10-2.
8.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-3
menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu.
Ditambahkan PDA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang
datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan.
Beri label PDA 10-3.
9.
Diinkubasi cawan petri selama 48 jam
pada suhu 37 oC
10. Setelah
48 jam diamati cawan petri dan dilakukan identifikasi mikroba.
3.3.2 Cara
Kerja NA
1.
Disiapkan semua alat dan bahan yang
diperlukan didalam Laminar Air Flow Cabinet.
2.
Disterilkan dengan menggunakan alcohol
70%.
3.
Dikocok sampel (air rawa) sebanyak 25
kali.
4.
Diambil 0,5 ml sampel menggunakan
mikropipet dan blue tip kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
NaCl 0,9% yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah disterilkan, vortex dan
beri label 10-1.
5.
Diambil 0,5 ml dari taung reaksi 10-1
menggunakan mikropipet dan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung reaksi sudah
disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-2.
6.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2
menggunakan mikropipet dan dengan blue tip yang baru. Kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, yang sebelumnya mulut tabung
reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu, vortex dan beri label 10-3.
7.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-2
menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu.
Ditambahkan NA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang
datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan.
Beri label NA 10-2.
8.
Diambil 0,5 ml dari tabung reaksi 10-3
menggunakan mikropipet dan blue tip baru yang sudah disterilkan. Kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan terlebih dahulu.
Ditambahkan NA, homogenkan dengan cara meletakkan cawan petri dibagian yang
datar dalam Lamnar Air Flow Cabinet dogoyang-goyangkan membentuk angka delapan.
Beri label NA 10-3.
9.
Diinkubasi cawan petri selama 48 jam
pada suhu 37 oC
10. Setelah
24 jam diamati cawan petri dan dilakukan identifikasi mikroba.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1
Tabel pengamatan media NA sampel air rawa
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
NA 10-2 tampak depan
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat
-
Margim:entire
|
2
|
NA 10-2 tampak belakang
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat
-
Margim:entire
|
3
|
NA 10-3 tampak depan
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat
-
Margim:entire
|
4
|
NA 10-3 tampak belakang
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat
-
Margim:entire
|
4.1.2
Tabel pengamatan media PDA sampel air rawa
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
PDA 10-2 tampak depan
(terlampir)
|
-
Form:filamentaus
-
Elevation:flat dan umbonate
-
Margim:labate
|
2
|
PDA 10-2 tampak belakang
(terlampir)
|
-
Form:filamentaus
-
Elevation:flat dan umbonate
-
Margim:labate
|
3
|
PDA 10-3 tampak depan
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat, umbonate
-
Margim:entire
|
4
|
PDA 10-3 tampak belakang
(terlampir)
|
-
Form:circular
-
Elevation:flat, umbonate
-
Margim:entire
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini prkatikan
diminta untuk melakukan isolasi dan identifikasi dasar mikroba. Raktikum
isolasi dan identifikasi ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui dan
melakukan isolasi miroba (bakteri dan jamur) dan dapat mengidentifikasi mikroa.
Dalam praktikum ini isolasi menggunakan metode cawan tuang dengan prinsip
aseptis.
Asepetik
prosessing adalam metode pembuatan dalam container steril dalam lingkungan
terkontrol sedemikian rupa sehingga komtaminasi mikroba tetap berada pada lavel
yang dapat diterima (Lukas, 2006).
Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme
biakan yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja
yang benar dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
Pour plate atau cawan tuang merupakan cara untuk memperoleh
cara biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme dengan
mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan
dan kemudian dicawankan karena konsentrasi sel-sel mikroba didalam eksperimen
sebelumnya maka pengenveran dilakukan beberapa tahan sehingga
sekurang-kurangnya satu diantara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni
terpisah. Baik diatas permukaan maupun didalam agar. Metode ini memboroskan
waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh dari isolasi dan identifikasi mikroba kali ini
adalah sebagai berikut:
1. NA
10-2
Pada
media ini berbentuk koloni circular (bulat), permukaan koloni (elevation)
terlihat datar (flat), tepi koloni (margin) terlihat berbentuk utuh (entire). Jumlah
koloni dalam media ini yaitu 21.
2. NA
10-3
Pada
media ini koloni berbentuk circular (bulat), permukaan koloni (elevation)
terlihat dari samping rata (flat), tepi koloni utuh (entire). Jumlah koloni
dalam media ini adalah 2.
3. PDA
10-2
Pada
media ini koloni berbentuk filamentaus (berbenang), permukaan koloni
(evelation) terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi
koloni bergerigi (labate). Jumlah koloni dalam media ini adalah 1
4. PDA
10-3
Pada
media ini koloni berbentuk cirkular (bulat), permukaan koloni (evelation)
terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi koloni utuh
(entire). Jumlah koloni dalam media ini adalah 11
Penggunaan
NaCL 0,9% dalam praktikum ini adalah sebagai sumber mineral mikroba yang dimana
dibutuhkan untuk menjaga sel mikroba tetap dalam keadaan yang isotonis. Jika
hipotonis atau hiperyonis maka sel mikroba akan pecah. Selain itu larutan NaCl
merupakan larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi/ tidak adanya kiroba
sehingga cocok untuk media pengenceran.
Dilakukan
pengenceran dengan harapan akan tumbuh koloni-koloni yang lebih terpisah jauh
sehingga dapat diambil satu koloni yang dianggap murni untuk sementara.
Bila
agar telah mengeras, sel tidak dapat bergerak lagi dan akan tumbuh membentuk
koloi. Bila suspense sel cukup encer, koloni akan terpisah baik sehingga tiap
koloni sangat besar kemungkinannya barasal dari satu sel. Namun untuk
memastikan, perlu diambil satu koloni dari jenis yang dikehendaki. Dibuat
suspense dengan air dan ditanamkan kembali pada lempeng agar dengan mengulang
beberapa kali pasti akan diperoleh biakan murni.
Bakteri
atau jamur tidak dapat dihitung secara tepat dengan pemeriksaan mikroskopik
kecuali bila sekurang-kurangnya ada 10-8 sel untuk tiap ml air dalam
alam jarang mengandung lebih dari 10-5 sel untuk tiap ml karena itu
metode yang digunakan adalah perhitungan pada lempeng pembenihan. Karena hanya
sel-sel yang sanggup membentuk koloni yang dihitung mka metode ini dikenal pula
sebagai perhitungan sel hidup. Pengenceran diulang berturut-turut sampai
terdapat pengenceran yang mengandung antara 30 dan 300 sel-sel pembentuk koloni
ntuk tiap ml, karena bahan asli bisa mengandung sampai 1 juta bakteri hidup,
maka perlu dilakuukan pengenceran sampai 10-5 alasan untuk embatasan
koloni ini ialah kpada lebih dari 300 koloni maka lempeng pembenihan menjadi
terlalu padat untuk memngkinkan tiap sel membentuk koloni yang dapat terlihat
sedangkan bila koloni kurang dari 300 makan persen kejelian perhitungan terlalu
cair.
Factor yang dapat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh
pada lempeng agar antara lain adalah:
1. Jenis pembenihan yang digunakan
2. Suhu pengeraman.
3. Tidak adanya oksigen (areob/anareob)
Factor kesalahan yang terjadi adalah penggunaan blue tip
harus dipasangkan secara rapat pada mikropipet agar tidak terlepas pada mikropipet agat tidak terlepas pada saat
pengambilan sample. Kesalah dalam perhitungan dan pengamatan mikroba, sehingga
mempengaruhi hasil pengamatan. Tangan yang belum disterilkan dengan alcohol, bisa
membuat media, sample dan alat yang digunakan terkontaminasi. Kurang hati-hati
dalam menghomogenkan media ketika dituangkan kedalam cawan petri sehingga bisa
menyebabkan media tumpah dan terkontaminasi.
Media NA basa
diinkubasi pada waktu 24 jam sedangkan media PDA memerlukan waktu 48 jam. Waktu
ini dipilih sebab pada dasarnya kurang lebih setelah 12 jam, akan tampak
koloni-koloni pada permukaan medium, pada saat 24 jam satu koloni saja dapat terdiri dari 50-72
generasi sel yang timbul dari satu tunggal saja. Dengan jumlah sekian sudah
dapat dilakukan pengamatan selain itu masa inkubasi lebih dari waktu yang telah
ditetapkan (24-48 jam) maka sel-selnya akan rusak.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum isolasi dan
identifikasi dasar mikroba yang telah dilakukan dilaboratorium dapat ditark
kesimpulan bahwa:
1. Isolasi mikroba merupakan cara
memisahkan mikroorganisme biakan yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting
atau prinsip-prinsip kerja yang benar dapat memudahkan nantinya saat proses
identifikasi mikroba.
2. Ada bermacam-macam teknik isolasi yaitu
dengan pengenceran, penuangan, cawan gores, cawan tuang, pada agar cawan, pada
medium cair dan sel tunggal.
3. Pada media NA 10-2 media
berbentuk circular, permukaan koloni terlihat flat dan tepi koloni terlihat
entire. Pada NA 10-3 berbentuk circular, permukaan koloni terlihat
flat dan tepi koloni terlihat entire. Pada PDA 10-2 media berbentuk
filamentaaus,permukaan koloni terlihat flat dan umbonate, tepi koloni terlihat
labate. Pada PDA 10-3 media terlihat berbentuk circular, permukaan
koloni terlihat flat dan umbonate dan tepinya terlihat entire.
5.2
Saran
Diharapkan dalam praktikum isolasi dan
identifikasi dasar mikroba ini praktikan dapat melakukan isolasi secara benar
dan mematuhi metode aseptis. Dan diharapkan pula agar semua praktikan dapat
melaksanakan kegiatan isolasi tidak hanya dengan melihat saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Bonang,
Gerard & Enggar S Koeswardono. 1982. Mikorobiologi
Kedokteran. Gramedia: Jakarta.
Dwidjoseputro.
2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Djambatan: Jakarta.
Galung,
Firman Santhy. 2009. http://firmangalung07.blogspot.com/. Dikases pada tanggal 11 April 2011
pukul 09.19 WITA di Samarinda.
Lucar,
Stefanus. 2006. Formulasi Steril.
Andi: Yogyakarta.
Muslim,
Ahmadi. 2011. http://pengujiankadarpengendalian.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 11 April 2011
pukul 08.28 WITA di Samarinda.
Perlczar,
Michael. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
UI-Press: Jakarta.
Lampiran
NA
10-2 tampak depan
NA
10-2 tampak belakang
NA
10-3 tampak depan
NA
10-3 tampak belakang
PDA
10-2 tampak depan
PDA
10-2 tampak belakang
PDA
10-3 tampak depan
PDA
10-3 tampak belakang
0 komentar:
Posting Komentar