Laporan Praktikum Q

Rabu, 18 Juli 2012

PENGAMATAN JAMUR MIKROSKOPIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju. Pengetahuan manusia akan beberapa hal pun bertambah. Hal ini yang mendasari para peneliti melakukan penelitia terhadap beberapa jenis mahluk hidup yang berukuran kecil atau biasa disebut dengan mikroorganisme dengan ketersediaan peralatan teknologi yang memadai.
Salah satu jenis kehidupan mikroorganisme yang diamati ialah jamur (fungi). Jamur adalah organism yang tidak berklorofil, sehingga bersifat heterotrof, fungi/ jamur ada yang bersel satu dan ada juga yang multiseluler. Yang bersel banyak tubuhnya berbentuk benang disebut hifa dan bercabang-cabang membentuk miselium (Sumarjito, 2008).
Fungi memiliki banyak jenis, menurut kompleksitas tubuhnya dibagi menjadi khamir, kapang dan cendawan. Sedangkan menurut bentuk tubuh dan cara reproduksi fungi dibagi menjadi 4 divisi yaitu; Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotina. Berdasarkan hal inilah yang melatarbelakangi dilkukannya percobaan ini agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis fungi dan dapat membedakan struktur morfologi fungi uniseluler dan fungi berfilamen (Sumarjito, 2008).

1.2 Tujuan
1.     Untuk mengetahui jenis-jenis fungi secara mikroskopis
2.    Untuk mengetahui teknik atau metode yang digunakn untuk mengamati struktur dan morfologi fungi
3.    Untuk mengetahui struktur dari fungi yang diamati dengan mikroskop


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Oleh karena jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme heterotrofik. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organism hidup dinamakan parasit (Darnetty, 2006).
Penampilan jamur atau cendawan tidak asing bagi kita semua. Kita dapat melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju. Pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur dilapangan dan hutan. Kesemuaan ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang (mold) dan khamir (yeast) (Perlczar, 2005).
Kapang merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler. Kapang membentuk filament panjang yang disebut hifa dan meupakan cirri utama fungi. Koloni fungi yang merupakan massa hifa disebut miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini menyekat sel sehingga filament yang panjang ini terlihat seperti rantai sel. Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konosilitik. Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora (Lay, 1994).
Khamir merupakan fungi yang tidak berrfilamen dan berproduksi memalui pertunasan atau pembelahan sel. Bentuk koloni khamir sering kali mirip dengan bakteri. Khamir digunakan dalam pertumbuhan roti dan anggur, namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit (Lay, 1994)

Morfologi Jamur
Pada umumnya, sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar, khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 samapi 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas tergantung pada umur dan lingkungan. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya (Pelczar, 2005).
Tubuh suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebernya 5 sampai 10 µm, dibandingkan dengan sel bekteri yang biasanya berdiameter 1 µm (Pelczar, 2005).

Struktur Somatik
Tubuh jmur dikenal dengan nama talus, soma atau struktrur somatic yang pada dasarnya terdiri dari struktur berupa benang-benang bercabang yang disebut hifa. Hifa tersebut menyebar pada perukaan ataupun dalam substrat dan kumpulan dari hifa tersebut dinamakan miselium hifa jamur ada yang mempunyai sekat yang dikenal dengan istilah septum yang membangi hifa tersebut menjadi sel-sel uninukleat (berinti satu) ataupun multinukleat (berinti banyak). Hifa yang mempunyai septum tersebut dinamakan speta yang tidak mempunyai septum disebut asepta atau senosit. Talus atau hifa jamur dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:
1.     Hifa vegetatif: tumbuh mengarah kedalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi.
2.    Hifa generative: tumbuh mengarah keluar dan berfungsi untuk perkembangbiakan (Darnetty, 2006).
Ada tiga macam morfologi hifa yaitu:
1.     Asepta atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
2.    Septa dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3.    Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang (Pelczar, 2005).
Kebanyakan struktur jamur berukuran besar terbentuk dari ayaman/ agregar hifa. Pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidup kebanyakan jamur, miselium akan terorganisir membentuk anyaman-anyaman yang longgar ataupun padat yang dapat dibedakan dari hifa biasa sebagai berikut:
1.     Prosenkim: ayaman hifa yang agak kendor, tersusun secara pararel, tiap-tiap hifa masih jelas dan mudah dilepaskan dan merupakan suatu bentuk memanjang.
2.    Peudoparenkim: ayaman hifa yang lebih padat, tiap-tiap hifa sudah hilang sifat individunya dan tidak dapat dipisahkan dan bentuknya agak oval.
3.    Rizomorf: anyaman hifa yang sangat padat, merupakan suatu unit yang terorganisir dan titik tumbuhnya mirip dengan titik tumbuh ujung akar.
4.    Sklerotium: anyaman hifa yang keras, padat dan merupakan bentk istirahat yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.
5.    Stroma: suatu struktur padat yang merupakan massa dari hifa yang berbentuk seperti bantalan (Darnetty, 2006).

Reproduksi Jamur
Secara alamiah cendawan berkebang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, pencukupan atau pembentukan spora dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari satu sel induk. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang srupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penojolan kecil pada sel inangnya  (Pelczar, 2005).
Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu fungi. Bila spora aseksual berimigrasi, spora tersebut akan menjadi fungi yang secara genetic identik dengan induknya. Macam-macam spora aseksual:
1.     Konidispora (konidium), berupa spora satu sel ataupun multisel, non motil, tidak terdapat dalam kantung dan dibentuk diujung hifa (konodiofer) konodium kecil bersel satu disebut mikrokonidium dan konidium besar bersel banyak disebut mikrokonodium, contohnya Aspergillus sp.
2.    Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk didalam kandung yang disebut sporangium pada ujung hifa udara (sporangiosfor). Aplanospora merupakan sporangispora nonmotil dan zoospore merupakan jenis motil dengan adanya flagella, contohnya Rhizopus sp.
3.    Arthrospora (oidium), yaitu spora bersel satu yang terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa.
4.    Klamidospora merupakan spora bersel satu yang berdinding tebal dan senagt resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk terbentuk dari sel hifa somatic.
5.    Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir.
Spora seksual dihasilkan dari reproduksi seksual, yaitu peleburan dua nukleus. Spora ini lebih jarang terbentuk, lebih belakangan, hanya terbentuk dalam kondisi tertentu dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandinkan spora aseksual. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari tiga tahap yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor (+) mempenetrasi sitoplasma sel resipien, karyagami, saat inti (+) dan inti (-) berfusi mejadi banyak inti haploid (spora seksual) yang beberapa diantaranya dapat merupakan rekomendasi genetic. Macam-macam spora seksual:
1.     Askospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk didalam kandung (askus). Biasanya terdapat delapan akospora dalam setiap askus.
2.    Basidospora merupakan spora bersel satu dan terbentuk diatas 3 struktur ganda (basidium).
3.    Zigospora merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa yang serasi secara seksual (gametangia) melebur.
4.    Oospora terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut oogonium. Pembuahan telur (oosfer) oleh gamet jantan yang terbentuk dalam antheridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosfer (Pratiwi, 2004).

Fisiologi Jamur
          Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan disbanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan kandungan air total pada makanan yang baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur (Hidayat, 2006).
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25-30oC, namun beberapa tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih, misalnya pada spesies Aspergillus. Sejumlah jamur termasuk dalam psikrotrofik, yaitu yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan beberapa masih dapat tumbuh pada suhu dibawah pembekuan (-5oC – 10oC). hanya beberapa yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).
Jamur benag biasanya bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval pH yang luas (pH 2,0-8,5), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada  suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).
Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam-macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam-macam enzim hidrolitik, yaitu amylase, pektinase, proteinase dan lipase (Hidayat, 2006).
Beberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikroba lain, contohnya Penicillium chrysogenum dengan produksi penisilinya. Aspergillus clavatus, klavasin. Beberapa komponen kimia bersifat miostatik menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbet, propionate, asetat) atau bersofat fungisida yang mematikan (Hidayat, 2006).

Klasifikasi Jamur
Fungi dikalsifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Bersadarkan cirri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes, Oomycetes, Plasmodiophormycetes, Trishomycetes dan Zygomycetes. Keenam kelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada benang hifanya (coenocytic hyphae), sehingga mengakibatkan terdapat banyak mukleus (inti) disetiap sel benang hifa.
1.     Ascomycetes
Jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetative dilakukan dengan konidia, sedang pembiakan secara generative dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk didalam askus, beberapa askus terdapat didalam suatu tubuh buah. Pada umumnya askus itu suatu ujung hifa yang mengandung 4 atau 8 buah spora. Contoh-contoh Ascomycetes yang terkelan ialah:
a.    Aspergillus, jamur ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijuan atau kehitam-hitaman. Miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi.
b.    Penicillium, jamur ini serupa dengan Aspergillus, hanya dengan pengamatan mikroskop akan kelihatan perbedaanya dan perbedaan itu terletak dalam susunan konodianya (Dwidjoseputro, 1998).
2.    Basidiomycetes
Jamur ini merupakan miselium berseptum, telah berkembang dengan sempurna dan dapat melakukan penetrasi pada substrat serta menyerap bahan makanan. Miselium ini dapat telihat pada bagian-bagian yang lembab dari kayu-kayu terutama pada bagian bawah kulit dan juga daun-daun. Biasanya miselium berwarna putih, kuning cerah atau orange dan pertumbuhanya sering menyebar sepeti kipas. Sebagian dari filum Basidiomycota ada yang membentuk rhizomof. Miselium dari kebanyakan Basidiomycota melewati 3 tingkat perkembangan yaitu miselium primer, miselium sekunder dan miselium tersier. Pada awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian dengan terbentuknya septa maka miselium ini berinti satu haploid. Miselium sekunder terjadi dari hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel atau plasmogami antara oidio (spermatia) dengan hifa penerima (reseptif) yang kompatibel. Miselium tersier terdiri atas miselium sekunder yang telah terhimpun merupakan jaringan teratur misalnya yang membentuk basidiokarp. Pada bagian tengah septum terdapat logam. Ada dua tipa dasar dari basidium yaitu: Halobasidium merupakan basidium yang terdiri dari satu sel atau basidium yang tidak punya septa dan Phragmobasidium merupakan basidium yang terdiri dari 4 sel yang dibatasi oleh septa melintang ataupun membujur (Darnetty, 2006).
3.    Deuteromycetes
Deuteromycetes juga disebut jamur tidak sempurna, yaitu jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya, oelh karena itu belum dapat dimasukkan kesalah satu kelas yang telah ditentukan (Dwidjoseputro, 1998). Akan tetapi karena konidiumnya jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies masih dianggap tergolong kedalam kelas ini meskipun tingkat seksualnya saat ini telah ditehaui dengan baik. Kapang gerus Penicillium dan Aspergillus dikalsifikasikan sebagai Deuteromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies(Pratiwi, 2004).
4.    Phycomycetes
Cirri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselium yang tidak bersekat-sekat. Warna miselium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman. Beberapa contoh Phycomycetes:
a.    Phytophthora, kebanyakan spesies berupa parasit pada tumbuh-tumbuhan tomat, kentang tembakau, karet dan lain-lainnya lagi.
b.    Saprolegina, saprofit yang banyak kedapatan didalam air dan tanah yang basah. Ada juga yang menjadi parasit pada ikan dan insekta.
c.    Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Mucor membiak dengan dua jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang berlainan jenis.
d.    Rhizopus, beberapa spesies hidup sebagai saprofit dan beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans kedapatan dimana-mana. Semula miseliumnya tampak seperti sekelompok kapas, lama kelamaan koloni menjadi berwarna kehitam-hitaman karena banyak sporangium dan spora. Rhizopus banyak menyerupai mucor, hanya miselium Rhizopus terbagi-bagi atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoida) dan sporangiofor (Dwodjoseputro, 1998).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
          Praktikum Pengamatan Jamur Mikrskopik ini dilakukan pada hari Senin, 2 Mei 2011 pukul 15.00-17.00 WITA dan dilanjutkan pada hari Kamis, 5 Mei 2011 pukul 13.00-15.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
-        Laminar air flow cabinet
-        Lampu Bunsen
-        Jarum ose
-        Cawan petri steril
-        Objek glass
-        Cover glass
-        Pinset
-        Pisau silet
-        Beaker glass
-        Mikroskop
-        Incubator
3.2.2 Bahan
-        Fungi hijau pada roti
-        Fungi hitam pada roti
-        Fungi putih pada roti
-        Fngi pada buah salak
-        Media PDA
-        Alcohol

3.3 Cara Kerja
1.     Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan didalam Laminar Air Flow Cabinet.
2.    Disterilkan tangan menggunakan alcohol 70%.
3.    Dipijarkan jarum ose, di angin-anginkan.
4.    Diambil cawan petri yang berisi potongan-potongan PDA, disterilkan cawan petri menggunakan lampu Bunsen. Diambil salah satu dari potongan PDA.
5.    Diambil cawan petri steril yang berisi objek glass, disterilkan menggunakan lampu Bunsen, dimasukkan potongn PDA diletakkan ditengah-tengah objek glass.
6.    Dipijarkan jarum ose, diangin-anginkan.
7.    Diambil jamur dari buah salak menggunakan jarum ose dioleskan pada pinggir/ sisi-sisi agar dalam cawan petri.
8.    Diambi objek glass menggunakan pinset steril, dicelupkan kedalam larutan alcohol, difiksasi diatas lampu Bunsen, diletakkan diatas agar yang telah diolesi jamur.
9.    Dilakukan pada jamur disisi buah salak lain dengan cara yang sama.
10.  Diinkubasi jamur selama 24-72 jam.
11.   Dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop dan gambar bentuk fungi yang terlihat.


BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1.

Rhizopus
Sampel buah salak yang berjamur
Perbesaran 40 x 10
1.     Sporangiospora
2.    Sporangium
3.    Sporangiofor

2.

Penicillium
Sampel buah salak yang berjamur
Perbesaran 40 x 10
1.     Conidia
2.    Strigma
3.    Hifa


4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan jamur mikroskopis. Praktikum pengamatan jamur mikroskopis mempunyai tujuan untuk mengetahui jenis-jenis fungi mikroskopis, mengatahui perbedaan struktur orfologi fungi uniseluler dan fungi berfilamen. Fungi dapat dibedakan menjadi yeast/ ragi/ khamir, kapang/mold dan cendawan. Pada praktikum kali ini diambil sampel dari jamur pada roti yang berwarna hijau namun karena medium PDA yang terlalu tebal sehingga sulit untuk diamati melalui mikroskop. Pada saat pengamatan diputuskan untuk mengamati jamur pada buah salak karena medium PDA pada sampel ini cukup tipis sehingga lebih mudah untuk diamati.
Praktikum ini menggunakan prinsip aseptis yaitu membuat produk steril dalam kantainer steril dalam lingkungan terkontol. Suplai udara material, peralatan dan praktikan telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (Lucar, 2006).
Fungi adalah nama latin dari jamur. Jamur ialah organism eukariotik (mempunyai inti sejati) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora untuk berkembangbiak, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara aseksual dan seklsual, dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Karena jamur tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidaaak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organism hidup sehingga jamur dikatakan juga organism heterofik (Darnetty, 2006).
Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organic mati maka fungi tersebut bersifat saprofit. Fungi saprofit mendekompsisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana. Dalam hal ini fungi bersifat menguntungkan sebagai elemen daur ulang yang vital. Beberapa fungi bersifat menguntungkan karena merupakan bahan makanan, misalnya cendawan dan beberapa fungi dapat bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu penyerapan air dan mineral tanah oleh akar. Beberapa fungi bersifat parasit dengan memperoleh senyawa organik dari organisme hidup (Pratiwi, 2004).
Yeast atau khamir merupakan fungi bersel satu (uniseluluer) tidak berfilamen, berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela dan berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm (Pratiwi, 2004). Yeast atau khamir tidak berfilamen dan berreproduksi melalui pertunasan atau pembelahan sel. Bentuk koloni sering kali mirip dengan bakteri. Khamir digunakan dalam pembuatan roti dan anggur, namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit (Lay, 1994).
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari pengamatan jamur mikroskopi pada buah salak yaitu fungi yang merupakan genus Rhizopus termasuk divisi Zygomycetes, pada genus ini terdapat sporangium, sporangiofor dan sporangiospora. Dan pada preparat yang kedua dengan sampel yang sala yaitu jamur pada buah salak diperoleh genus Penicillium yang termasuk divisi Ascomycetes yang terdapat konodia, strigma dan hifa.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
          Dari praktikum pengamatan jamur mikroskopis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.     Fungi memiliki banyak njenis, menurut komplesitas tubuhnya dibagi menjadi khamir, kapang dan cendawan. Sedangkan menurut benuk tubuh dan cara reproduksi fungi dibagi menjadi 4 divisi yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotina.
2.    Teknik atau metode yang sering digunakan untuk mengamati struktur fungi adalah dengan pembuatan Block Square Media yang disebut pula slide culture, dimana jamur diinokulasikan pada media untuk diikubasi kemudian diamati strukturnya menggunakan mikroskop.
3.    Struktur dari fungi yang diamati yang pertama adalah fungi jenis Rhizopus sp dengan struktur yang terdiri dari Rhizoid, Sporangium, Sporangiofor dan Spoeangiospora. Dimana dalam suatu rhizoid terdapat lebih dari satu sporangium yang berbenuk bulat. Pada hasil pengamatan kedua ditemukan jenis fungi Penicillium sp dengan struktur yang terdiri dari konidiofor, strigma dan konidia. Konidiofor pada ujungnya bercabang dan membentuk strigma. Pada ujung strigma terdapat cabang-cabang lagi yang dipenuhi oleh konidia.

5.2 Saran
          Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya praktikan membawa lebih banyak sampel dan dengan jenis yang berbeda-beda sehingga dapat dilakukan banyak pengamatan tidak hanya dari sampel yang ada pada roti yang sama dan buah salak saja. Dan diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat dilakukan praktikum dengan efektif dimana dapat menafaatkan waktu sebaik-baiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Andalas Universiti Press: Padang.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobilogi. Djambatan: Jakarta.
Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta.
Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Dilaboratorium. Raja Gratindo Persada: Jakarta.
Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Andi: Yogyakarta.
Perlczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press: Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2004. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta.
Sumarjito. 2008. Panduan Belajar Biologi. Primagama: Yogyakarta.

0 komentar: