Malam kian larut, tapi sedikitpun aku tak dapat memejamkan mata..
Berkali-kali aku mencari informasi mengenai penyakit jantung, semua ini bukan tak beralasan. Ada suatu kecurigaan yang membuatku ingin mengerti mengenai penyakit ini. Yang membuat aku bersemangat membacanya, kisah mereka yang menderita penyakit jantung tersebut tak jauh berbeda dengan mu. Dengan mu yang ku sapa dengan ‘ukhti’.
Membaca satu persatu rangkain kalimat dari kisah mereka.
Seperti terhempas, begitu berat sakit yang kau derita??
Sampai seperti itu kah sakit yang kau rasa ukhti ku??
Aku sering mendengar kisah mu, tapi aku tidak tau bagaimana rasa sakit yang kau rasakan. Hari-hari yangg kau alami, karna selalu kamu tutupi dengan aktivitasmu. Dan aku berpikir kau baik-baik saja. Dari kisah-kisah itu. Aku mulai mengerti tentang keringat yang membanjir, mual, nyeri, sesak, pusing, lemas yang sering kau keluhkan.
Air mata ku tak dapat lagi aku tahan, bahkan sampai saat aku mencoba merangkai kata ini pun, hati ku seperti tersayat. Perih. Betapa aku ingin menjumpai mu. Mendekap mu.
Entahlah. Rasa ku, bukan tentang cinta terlarang. Tapi mengenai kasih sayang. Yah. Aku menyayangi mu layaknya seorang saudara sedarah. Meski pun terkadang aku merasa asing, tapi kali ini aku merasa amat dekat dengan mu.
Rasa sayang itu pun bukan tak beralasan, aku menyayangi mu melalui kisah yang kita toreh pada detik waktu yang berlalu. Sosok mu hadirkan pelangi pada awan kelabu. Sederet kisah duka, bahagia, kecewa, marah dan kisah-kisah yang telah mengudara membuat aku merasa dekat meskipun pada kenyataannya bertatap muka pun tak pernah. Hadir mu mampu membuatku percaya bahwa derita bukan milik ku seorang. Kau buat ku sadar bahwa aku jauh lebih beruntung dari orang-orang di luar sana. Sapa mu mampu membuat air mata menjadi tawa. Karna itu lah aku menyayangi mu.
Aku tidak tau pasti apakah kisah yang terucap benar adanya, tapi kali ini aku memilih percaya!
Berat jalan hidup yang harus kau tapak. Tapi aku yakin kamu kuat. Bahkan lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Kamu hebat ukhti. Yah hebat. Kamu bisa lakukan yang tak mampu dilakukan anak-anak lainya. Saat semua berada pada buaian hangat orang tuanya tapi kau. Ah, untuk membayangkannya saja aku tak sanggup. Menjalani kehidupan dengan tuntutan yang tak semestinya kau pikul, terlebih dengan ujian yang Allah titipkan di tubuh mu.
Ukhtiiiiiiiiiiiiiiii, betapa aku kagum pada mu. Kau hebat ukhti ku. Lagi-lagi kau buat aku percaya bahwa perkataan Allah mengenai ujian yang sesuai dengan kadar kekuatan hamba-Nya itu benar. Yah. Meskipun jatuh bangun tapi sampai saat ini kamu bisa melaluinya. Sadar kah kau akan itu?
Aku sering menceritakan kisah mu pada ibu ku. Ibu ku tau kita sering berbagi cerita dan ibu ku tau bagaimana kehidupan yang kau alami. Kalau saja boleh. Aku ingin meminta pada ibu ku untuk kamu tinggal disini. Mungkin ini pikiran anak kecil yang tak mengerti tetang kehidupan. Tapi memang itu yang terlintas dibenakku. Aku ingin menemani mu ketika sakit itu melandamu. Aku ingin kau ada disini mendengar segala kisah ku. Aku ingin kau ada disini saat aku merasa sepi. Aku ingin kau ada disini menemaniku memahami satu per satu ayat suci Al-Qur’an.
Aku punya banyak sahabat, tapi kamu terasa begitu spesial. Aku punya banyak teman untuk tertawa tapi aku tak memiliki tempat nyaman untuk berbagi rasa. Kau yang tak pernah lelah mendengarkanku.
Untukmu ukhti ku.
Aku tak tau pasti bangaimana keadaanmu yang sebenarnya.
Tapi aku berharap kau baik-baik saja.
Sampai suatu hari kelak perjumpan indah itu dapat menjadi nyata.
Jangan lelah hadapi hidup, karna hidup itu hanya sementara.
Kesabaran itu aku berbuah manis di hari akhir kelak.
Aku yakin kamu kuat.
Dan kamu hebat.
Keep istiqomah,,,n HAMASAH...........................
Dengan tetesan air mata dan syahdunya senandung dini hari.
Maaf kalimatku tak beraturan, aku hanya menumpahkan rasa yang berkecamuk.
Kota Tepian, 4 Agustus 2011
0 komentar:
Posting Komentar