BAHAN
TAMBAHAN TABLET (AVICEL)
Dalam
Jurnal Berjudul:
PENGEMBANGAN
PATI SINGKONG-AVICEL PH 101 MENJADI BAHAN PENGISI CO-PROCESS TABLET CETAK
LANGSUNG
Oleh
: Yudi Wicaksono dan Nailis Syifa’
Pendahuluan
Pati
singkong merupakan bahan tambahan dalam pembuatan tablet yang memiliki sifat
alir dan kompresibilitas kurang baik sehingga tidak dapat digunakan sebagai
bahan pengisi tablet cetak langsung. Pati singkong mengandung amilum, dalam industri farmasi pati singkong selama ini digunakan sebagai bahan pengikat
pengisi dan bahan penghancur. Pati singkong digunakan sebagai bahan pengisi
dalam pembuatan tablet secara granulasi saja sedangkan untuk pembuatan tablet
secara cetak langsung tidak dapat digunakan karena pati singkong belum
mengalami modifikasi umunya memiliki sifat alir yang kurang baik dan kompresibilitas
elastis (Hauschild and
Picker, 2004).
Dalam
jurnal ini penulis mencoba mengembangkan Co-Process Pati Singkong-Avicel pH 101
untuk bahan pengisi tablet cetak langsung. Co-process sendiri adalah suatu
metode atau tehnik untuk menghasilkan suatu eksipien baru dengan cara
menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih bahan eksipien yang saling
melengkapi sehingga eksipien
baru ini memiliki sifat yang di inginkan. Dalam proses ini pati singkong di kombinasikan
dengan Avicel pH 101 (Gohel, 2005).
Pengertian Avicel
Avicel
atau dengan nama lain selulosa mikrokristal. Derivat selulosa merupakan
eksipien yang penting dalam farmasi. Salah satu turunan selulosa adalah
selulosa mikrokristal (Fechner, et al, 2003; Gohel dan Jogani, 2005).
Selulosa mikrokristal diperkenalkan pada awal tahun 1960-an merupakan eksipien
terbaik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung (Bimte dan Tayade, 2007).
Selulosa mikrokristal dibuat dengan cara hidrolisis terkontrol alfa selulosa,
suatu pulp dari tumbuhan yang berserat dengan larutan asam mineral encer (Rowe,
et al., 2009). Selulosa mikrokristal dapat diperoleh secara komersial
dari berbagai kualitas dan merek dagang. Salah satu produk selulosa
mikrokristal di perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel. Ada beberapa
macam jenis avicel, salah satunya avicel PH 101 (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Avicel atau selulosa kristal mikro yaitu zat yang
diperoleh dari selulosa kayu melalui hidrolisis asam dan merupakan bahan hasil
pemurnian dan pemutihan produk dari lignin, hemiselulosa dan bahan penghantar
lainnya. Avicel PH 101 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran
partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir dan kompresibilitas yang baik.
Berupa kristal putih, tak larut dalam air atau asam dan hampir semua pelarut
organik, tidak reaktif, “free flowing” dan kompresibel, pada kelembaban tinggi
akan melunak tapi bersifat reversible ketika lingkungan berubah kelembabannya.
(Banker, et. al, 1980).
Penggunaan
dan Fungsi Avicel
Avicel dapat digunakan sebagai bahan pengikat, pengisi,
penghancur dan pelicin dalam pembuatan tablet. Pengunaan avicel sebagai bahan
pengisi tablet, biasanya digunakan untuk bahan pengisi pada pembuatan tablet
granulasi basah dan granulasi kempa langsung. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan keterkempaan yang menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah
dan kekerasan tablet yang baik sehingga menghasilkan kompaktibilitas massa tablet
yang baik dan memiliki sifat alir yang baik
karena mempunyai ukuran granul yang besar sehingga dapat memperbaiki
sifat alir granul, menambah kekerasan tablet dan memperlama waktu hancur tablet.
Sebagai bahan penghancur avicel
cukup baik untuk digunakan, karena bahan ini merupakan tipe ikatan hidragen
dimana ikatan tersebut segera lepas oleh adanya air. (Andayana, 2011)
Avicel cocok untuk zat aktif yang
peka lembab atau untuk bahan-bahan yang bersifat lekat-lekat atau higroskopis. Untuk obat dengan dosis kecil, avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat tambahan.
Kualitas
Co-process PS,A Sebagai Bahan Pengisi Tablet
Untuk melakukan penelitian tersebut digunakan
vitamin C sebagai zat aktif yang
akan dibuat tablet, sedangkan
bahan tambahannya adalah umbi singkong, Avicel
PH 101 (PT. Bratachem), Croscarmellose Sodium
(Nichirin Chemical Industries LTD.)
dan Magnesium stearat (PT. Bratachem). Yang mana kombinasi
pati dari umbi singkong dan avicel PH 101 inilah yang akan diuji (Wicaksono,
2008).
Hal
pertama dilakukan adalah mengambil pati singkong dengan cara isolasi singkong.
Adapun caranya, sebagai berikut:
Dengan
isolasi umbi singkong ini, maka diperoleh pati singkong dengan rendemen pati
sebesar 24%. Identifikasi secara makroskopis didapatkan hasil berupa
serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih,
tidak berbau dan tidak berasa. Sedangkan
secara mikroskopis didapatkan hasil berupa butir tunggal agak bulat atau
bersegi banyak, hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang
tiga, lamela tidak jelas, konsentris, butir majemuk
sedikit. Hasil identifikasi ini memiliki
identitas yang sama dengan
identitas pati singkong dalam
literatur. Sehingga pati ini layak digunakan pada Co-processing.
Co-processing dilakukan dengan mengkombinasikan pati singkong dan avicel PH 101
dengan perbandingan tertentu (Wicaksono, 2008).
Tabel 1. Kombinasi Pati Singkong dan Avicel PH 101
Bahan
|
Kombinasi (%)
|
|||
CP 1
|
CP 2
|
CP 3
|
CP 4
|
|
Avicel PH 101
|
-
|
20
|
30
|
40
|
Pati singkong untuk digranul
|
95
|
75
|
65
|
55
|
Pati singkong untuk pasta
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Jumlah bahan (%)
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Berdasarkan dengan
kombinasi pada tabel diatas dilakukan Co-processing dengan cara sebagai
berikut:
Pengayakan ini berfungsi
untuk mengetahui ukuran granul yang dihasilkan. Jika
ukuran granul tidak sesuai denagn yang diharapkan maka akan mempengaruhi
kecepatan aliran dan penyebaran granul. Ukuran granul yang tidak sesuai akan
menyebabkan sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet.
Sedangkan
dimasukkannya Co-process kedalam lemari pengering bertujuan untuk menghilangkan air
yang biasa
menyebabkan tablet lembab dan rapuh. Karena jika ada air dalam jumlah banyak dalam sediaan akan
sulit dalam pencetakan tablet sehingga tablet yang akan dicetak akan lengket
pada cetakan. Selain itu
kadar air dalam jumlah banyak juga dapat menyebabkan penempelan pada die, ketidakseragaman bobot dan
ketidakseragaman kandungan. Rapi jika kadar air terlalu sedikit akan
menyebabkan laminating atau capping.
Untuk memastikan
kelayakan Co-process untuk digunakan. Co-process PS,A yang telah dihasilkan,
harus diuji terlebih dahulu. Pengujian
sifat mekanik-fisik Co-process PS,A yaitu kecepatan alir dan sudut diam,
distribusi ukuran partikel, berat jenis, dan Tapping index. Dari hasil
pengujian tersebut tampak bahwa Co-process PS,A dari CP1, CP2, CP3, dan CP4 memiliki sudut
diam antara 31,70°, 33,69º sehingga keempat formula
memiliki sifat alir agak baik.
Sifat alir Co-process
PS,A dari semua formula
tersebut jika ditinjau dari kecepatan alirnya maka semuanya
memiliki sifat alir yang kurang
baik karena persyaratan kecepatan alir
yang baik adalah
>10 g/detik (Sulaiman, 2007).
Kecepatan alir suatu
serbuk atau granul antara
lain dipengaruhi oleh distribusi ukuran, bentuk dan jumlah
fines. Co-process PS,A CP1, CP2, CP3, dan CP4 memiliki sifat alir
yang kurang baik
karena proses pembentukan granulnya
dilakukan dengan pengayakan sehingga
granul yang terbentuk tidak dapat sferis. Disamping itu,
sifat alir dari Co-process PS,A tersebut
tidak cukup baik karena
distribusi ukuran co-process
PS,A CP1, CP2, CP3, dan CP4
sebagian besar berukuran < 179 µm. Namun
demikian sifat alir co-process
PS,A tersebut jika ditinjau dari nilai tapping
index maka CP1,
CP2, dan CP3 mempunyai sifat alir yang baik, sedangkan
CP4 mempunyai sifat alir sangat baik (Aulton, 2002).
Hasil Co-process
PS,A ini diperoleh 4 CP yaitu CP1, CP2, CP3 dan CP4. Ke empat macam CP ini akan
digunakan sebagai bahan pengisi pada pembuatan tablet vitamin C dengan metode
cetak langsung, menggunakan formula tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Formula tablet vitamin C
Bahan
(Fungsi)
|
Berat (mg)
|
|||
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
|
Vitamin C (Bahan Aktif)
|
115
|
115
|
115
|
115
|
Co-process PS,A (Bahan Pengisi)
|
230
|
230
|
230
|
230
|
Croscarmellose Sodium (Bahan Penghancur)
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Magnesium stearat 2% (Bahan Pelincir)
|
6,96
|
6,96
|
6,96
|
6,96
|
Berat Tablet
|
354,96
|
354,96
|
354,96
|
354,96
|
Adapun
cara formulasi tersebut sebagai berikut:
Tablet
yang dihasilkan akan diuji untuk mengetahui kualitas Co-process sebagai bahan
pengisi. Jika tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan maka Co-process dapat
digunakan untuk pembuatan tablet vitamin C tapi jika tidak sesuai persyaratan
maka Co-process tidak baik untuk digunakan. Adapun uji yang dilakukan dan hasil
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil evaluasi Co-process sebagai bahan pengisi
Pengujian
|
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
Kekerasan (kP)
|
2,67±0,22
|
3,10±0,17
|
4,64±0,33
|
4,97±0,23
|
Kerapuhan (%)
|
1,24±0,05
|
0,76±0,03
|
0,70±0,02
|
0,52±0,03
|
Waktu Hancur (mnt)
|
1,09±0,02
|
1,16±0,03
|
1,28±0,02
|
1,46±0,03
|
Keseragaman Kadar
|
memenuhi
|
memenuhi
|
memenuhi
|
Memenuhi
|
(% kadar)
|
97,01±1,36
|
96,39±2,02
|
96,75±2,20
|
95,71±2,74
|
Dari
tabel diatas dapat diketahui formulasi tablet tang paling baik adalah F3 dan
F4. Hal ini karena tablet hasil dari
F3 dan F4 memenuhi persyaratan kekerasan yaitu masing-masing
berturut-turut kekerasannya 4,64±0,33 kp
dan 4,97±0,23 kp. Dimana pada literatur tertera syarat
kekerasan tablet adalah 4,8 kp. Dari
hasil pengujian kekerasan tablet
tampak bahwa kekerasan tablet
meningkat secara signifikan (α=95%) dengan meningkatnya jumlah
Avicel PH 101 dalam
co-process PS,A. Hal
ini dikarenakan Avicel PH
101 memiliki sifat deformasi plastis
sehingga memiliki kompresibilitas cukup
baik dan berfungsi sebagai pengikat (Ohwoavworhua et
al. 2007).
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lihat pada jurnal,
dapat disimpulkan bahwa pati
singkong dapat dikembangkan menjadi eksipien co-process untuk bahan pengisi tablet cetak
langsung dengan Avicel
PH 101 menggunakan perbandingan
pati singkong, Avicel PH
101 (70:30) atau
(60:40) sehingga dapat menghasilkan
sifat mekanik-fisik yang baik
dan sifat tabletasi
yang dapat memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayana. Nutwuri, 2011, http://andayana.wordpress.com/, Diakses tanggal 24 Desember 2011 pukul 12.21
WITA di Samarinda.
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage
Form Design, Churcill Livingstone, New York.
Gohel, M. C, 2005, A Review of Co,processed Directly
Compressible Excipients. J. Pharm Sci, Vol 8, no. 1: 76,93.
Ohwoavworhua, F.O., Adelakun, T.A., and Kunle, O. O.,
2007, A Comparative Evaluation of the Flow and Compaction Characteristics of
á,Cellulose obtained from Waste Paper, Trop J Pharm Res, March, 6 (1), 645,651.
Rowe, R. C.,
Sheskey, P. J.,
and Weller, P.
J., 2003, Handbook
of Pharmaceutical Excipients
Fourth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Sulaiman, T. N. S., 2007, Teknologi dan
Formulasi Sediaan Tablet, Laboratorium Teknologi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar