Laporan Praktikum Q

Selasa, 11 Desember 2012

ALKOHOL

PENDAHULUAN
Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah alkohol. Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Alkohol dijumpai di alam secara luas, baik berupa hasil sintesis ataupun secara alami. Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan sebagai senyawa alkana yang satu atom Hnya diganti dengan gugus –OH (hidroksil). Alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3.

RUMUS UMUM
Senyawa alkohol memiliki rumus umum R-OH dimana R merupakan gugus alkil. Untuk itu, rumus umum golongan senyawa ini juga dapat ditulis :
CnH2n + 2OH

TATA NAMA
Penamaan senyawa alkohol prinsipnya ada 2 , yaitu :
1.     Dengan aturan IUPAC
Penamaan menggunakan aturan IUPAC yaitu menggunakan nama senyawa alkoholnya dengan mengganti akhiran “ana” menjadi “anol”.
Contohnya :
CH3                   CH3OH
Metana                   Metanol
2.    Dengan sistem trivial
Yaitu dengan menyebutkan nama gugus alkilnya terlebih dahulu kemudian diikuti kata alkohol.
Contoh :
C2H5OH
Etil alkohol
Untuk senyawa dengan rumus struktur bercabang aturan penamaannya adalah sebagai berikut :
1.     Tetapkan rantai utama dengan cara memilih deretan atom C terpanjang yang mengikat gugus OH, kemudian diberi nama sesuai nama alkohonya.
2.    Pemberian nama pada rantai utama dimulai dari ujung yang memberikan nomor terkecil bagi atom C yang mengikat gugus OH.

KLASIFIKASI
Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus –OH pada atom C. Alkohol dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.     Alkohol primer yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain secara langsung )
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH      
     n-butanol
2.    Alkohol sekunder yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat secara langsung dua atom C yang lain).
Contoh :
 
                                                                    2-butanol
3.    Alkohol tersier yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat secara langsung tiga buah atom C yang langsung)
Contoh :
 
                                            2-metil-2-propanol
Berdasarkan jumlah gugus fungsinya alkohol dibedakan menjadi alkohol monovalen dan alkohol polivalen.
1.     Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus fungsional – OH.
Contoh :  CH– CH– OH
Etanol
                   CH– CH– CH– OH
                             Propanol
2.    lkohol polivalen adalah jenis senawa alkohol yang mempunyai gugus fungsional lebih dari satu.
Contoh :
                                                        
 SIFAT-SIFAT FISIK ALKOHOL
1.     Alkohol mempunyai titik didih tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C-nya sama. Hal ini disebabkan antar molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen
2.    Makin banyak cabang maka titik didihnya akan semakin menurun
3.    Dalam air, methanol, etanol dan propanol mudah larut, sedangkan mulai butanol hanya sedikit larut
4.    Berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan
5.    Mudah terbakar
6.    Bentuk fasa pada suhu ruang :
·         dengan C 1 s/d 4 berupa gas atau cair
·         dengan C 5 s/d 9 berupa cairan kental seperti minyak
·         dengan C 10 atau lebih berupa zat padat

SIFAT SIFAT KIMIA ALKOHOL
1.     Gugus OH merupakan gugus yang cukup reaktif sehingga alkohol mudah terlibat dalam berbagai jenis reaksi. Contohnya : Reaksi dengan logam aktif  Natrium dan Kalium akan membentuk alkoksida dan gas Hidrogen.
2.    Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap air.
3.    Jika dipanaskan dengan asam sulfat pekat akan mengalamidehidrasi (melepas molekul air) membentuk eter/alkena.

SINTESIS / PEMBUATAN ALKOHOL
Pembuatan alkohol dapat dilakukan  melalui berbagai cara yaitu :
1.     Reaksi subtitusi nukleofilik
Substitusi nukleofilik adalah suatu kelompok dasar reaksi  substitusi, dimana sebuah nukleofil  yang "kaya" elektron, secara selektif berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia atau atom yang disebutgugus lepas (leaving group). Nukleofilisitas adalah ukuran kemampuan suatu pereaksi yang menyebabkan terjadinya sutu reaksi subtitusi. 
Contohnya :
CH3CH2CH2Br  +  OH-                CH3CH2CH2OH + Br+
suatu alkil halida                              alkohol primer
2.    Reaksi Grignard
Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901.  Suatu reaksi grignard yaitu :
a.     Dengan formaldehid menghasilkan suatu alkohol primer
b.     Dengan aldehid lain menghasilkan suatu alkohol sekunder.
c.     Dengan keton menghasilkan suatu alkohol tersier. ]
3.    Reduksi senyawa karbonil
     Alkohol dapat dibuat dari senyawa karbonil dengan reaksi reduksi, dimana atom hidrogen ditambahkan pada gugus karbonilnya.
Contoh :
 4.    Hidrasi alkena
     Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat, yang berperan sebagai katalis, unsur unsur air mengadisi (ditambahkan ke dalam) ikatan rangkap dalam suatu reaksi hidrasi. Produknya adalah alkohol.
     Contoh :


5.  Etanol dari peragian
Etanol yang digunakan dalam minuman diperoleh dari peragian karbohidrat yang berkataliskan enzim (fermentasi gula dan pati ). Satu tipe enzim mengubah karbohidrat ke glukosa kemudian ke etanol.
       enzime
C2 H12 O6                     CH2CH2OH
glukosa                            etanol
Sumber karbohidrat untuk peragian bergantung pada ketersediaannya dan pada tujuan penggunaan alkohol. Di Amerika Serikat contohnya, karbohidrat diperoleh terutama dari jagung dan residu molase dari pabrik gula. Atau dapat juga dari kentang, beras, ubikayu, atau buah buahan ( buah anggur,berri hitam dan sebagainya ).
Peragian buah buahan,sayuran atau biji- bijian berhenti bila kadar alkohol telah mencapai 14 – 16 %.
KEGUNAAN ALKOHOL
Metanol
·         Bahan membuat pernis
·         Sebagai pelarut
·         Industri zat warna
·         Bahan untuk membuat metanal
·         Sebagai bahan tambahan pada bensin
Etanol
·         Dalam laboratorium sebagai pelarut
·         Untuk membuat senyawa organik
·         Membuat karet sintesis
·         Sebagai bahan bakar
·         Bahan untuk membuat cuka, kloroform, iodoform, serta campuran minuman keras.
Propanol/ Propil alkohol
·         Beracun dibandingkan dengan etanol,digunakan sebagai pelarut.
Butanol
·         Pelarut penting untuk lak nitoselulosa
Pentanol/ Amil alkohol
·         Sebagai pelarut
·         Bahan pembuat amil asetat

AVICEL


BAHAN TAMBAHAN TABLET (AVICEL)
Dalam Jurnal Berjudul:
PENGEMBANGAN PATI SINGKONG-AVICEL PH 101 MENJADI BAHAN PENGISI CO-PROCESS TABLET CETAK LANGSUNG
Oleh : Yudi Wicaksono dan Nailis Syifa’

Pendahuluan
Pati singkong merupakan bahan tambahan dalam pembuatan tablet yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas kurang baik sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pengisi tablet cetak langsung. Pati singkong mengandung amilum,  dalam industri farmasi pati singkong  selama ini digunakan sebagai bahan pengikat pengisi dan bahan penghancur. Pati singkong digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan tablet secara granulasi saja sedangkan untuk pembuatan tablet secara cetak langsung tidak dapat digunakan karena pati singkong belum mengalami modifikasi umunya memiliki sifat alir yang kurang baik dan kompresibilitas elastis (Hauschild and Picker, 2004). 
Dalam jurnal ini penulis mencoba mengembangkan Co-Process Pati Singkong-Avicel pH 101 untuk bahan pengisi tablet cetak langsung. Co-process sendiri adalah suatu metode atau tehnik untuk menghasilkan suatu eksipien baru dengan cara menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih bahan eksipien yang saling melengkapi sehingga eksipien baru ini memiliki sifat yang di inginkan. Dalam proses ini pati singkong di kombinasikan dengan Avicel pH 101 (Gohel, 2005).

Pengertian Avicel
Avicel atau dengan nama lain selulosa mikrokristal. Derivat selulosa merupakan eksipien yang penting dalam farmasi. Salah satu turunan selulosa adalah selulosa mikrokristal (Fechner, et al, 2003; Gohel dan Jogani, 2005). Selulosa mikrokristal diperkenalkan pada awal tahun 1960-an merupakan eksipien terbaik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung (Bimte dan Tayade, 2007). Selulosa mikrokristal dibuat dengan cara hidrolisis terkontrol alfa selulosa, suatu pulp dari tumbuhan yang berserat dengan larutan asam mineral encer (Rowe, et al., 2009). Selulosa mikrokristal dapat diperoleh secara komersial dari berbagai kualitas dan merek dagang. Salah satu produk selulosa mikrokristal di perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel. Ada beberapa macam jenis avicel, salah satunya avicel PH 101 (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Avicel atau selulosa kristal mikro yaitu zat yang diperoleh dari selulosa kayu melalui hidrolisis asam dan merupakan bahan hasil pemurnian dan pemutihan produk dari lignin, hemiselulosa dan bahan penghantar lainnya. Avicel PH 101 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Berupa kristal putih, tak larut dalam air atau asam dan hampir semua pelarut organik, tidak reaktif, “free flowing” dan kompresibel, pada kelembaban tinggi akan melunak tapi bersifat reversible ketika lingkungan berubah kelembabannya. (Banker, et. al, 1980).

Penggunaan dan Fungsi Avicel
Avicel dapat digunakan sebagai bahan pengikat, pengisi, penghancur dan pelicin dalam pembuatan tablet. Pengunaan avicel sebagai bahan pengisi tablet, biasanya digunakan untuk bahan pengisi pada pembuatan tablet granulasi basah dan granulasi kempa langsung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterkempaan yang menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah dan kekerasan tablet yang baik sehingga menghasilkan kompaktibilitas massa tablet yang baik dan memiliki sifat alir yang baik  karena mempunyai ukuran granul yang besar sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul, menambah kekerasan tablet dan memperlama waktu hancur tablet.  Sebagai bahan penghancur avicel cukup baik untuk digunakan, karena bahan ini merupakan tipe ikatan hidragen dimana ikatan tersebut segera lepas oleh adanya air. (Andayana, 2011)
Avicel cocok untuk zat aktif yang peka lembab atau untuk bahan-bahan yang bersifat lekat-lekat atau higroskopis. Untuk obat dengan dosis kecil, avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat tambahan.
Kualitas Co-process PS,A Sebagai Bahan Pengisi Tablet
Untuk melakukan penelitian tersebut digunakan vitamin C sebagai zat aktif yang akan dibuat tablet, sedangkan bahan tambahannya adalah umbi singkong, Avicel  PH  101  (PT. Bratachem),  Croscarmellose  Sodium  (Nichirin Chemical  Industries  LTD.)  dan  Magnesium  stearat (PT. Bratachem). Yang mana kombinasi pati dari umbi singkong dan avicel PH 101 inilah yang akan diuji (Wicaksono, 2008).
            Hal pertama dilakukan adalah mengambil pati singkong dengan cara isolasi singkong. Adapun caranya, sebagai berikut:

  

            Dengan isolasi umbi singkong ini, maka diperoleh pati singkong dengan rendemen pati sebesar 24%. Identifikasi secara makroskopis didapatkan hasil  berupa  serbuk  halus,  kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak berbau dan tidak  berasa. Sedangkan secara mikroskopis didapatkan hasil berupa butir tunggal agak bulat atau bersegi banyak, hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau  bercabang  tiga,  lamela  tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit. Hasil identifikasi  ini  memiliki  identitas  yang  sama dengan  identitas pati singkong dalam  literatur. Sehingga pati ini layak digunakan pada Co-processing. Co-processing dilakukan dengan mengkombinasikan pati singkong dan avicel PH 101 dengan perbandingan tertentu (Wicaksono, 2008).

Tabel 1. Kombinasi Pati Singkong dan Avicel PH 101
Bahan
Kombinasi (%)
CP 1
CP 2
CP 3
CP 4
Avicel PH 101
-
20
30
40
Pati singkong untuk digranul
95
75
65
55
Pati singkong untuk pasta
5
5
5
5
Jumlah bahan (%)
100
100
100
100
                       
Berdasarkan dengan kombinasi pada tabel diatas dilakukan Co-processing dengan cara sebagai berikut:



   Pengayakan ini berfungsi untuk mengetahui ukuran granul yang dihasilkan. Jika ukuran granul tidak sesuai denagn yang diharapkan maka akan mempengaruhi kecepatan aliran dan penyebaran granul. Ukuran granul yang tidak sesuai akan menyebabkan sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet.
Sedangkan dimasukkannya Co-process kedalam lemari pengering bertujuan  untuk menghilangkan air yang biasa menyebabkan tablet lembab dan rapuh. Karena jika ada air dalam jumlah banyak dalam sediaan akan sulit dalam pencetakan tablet sehingga tablet yang akan dicetak akan lengket pada cetakan. Selain itu kadar air dalam jumlah banyak juga dapat menyebabkan penempelan pada die, ketidakseragaman bobot dan ketidakseragaman kandungan. Rapi jika kadar air terlalu sedikit akan menyebabkan laminating atau capping.
Untuk memastikan kelayakan Co-process untuk digunakan. Co-process PS,A yang telah dihasilkan, harus diuji terlebih dahulu.  Pengujian sifat mekanik-fisik Co-process PS,A yaitu kecepatan alir dan sudut diam, distribusi ukuran partikel, berat jenis, dan Tapping index. Dari  hasil  pengujian  tersebut  tampak bahwa Co-process PS,A dari  CP1, CP2, CP3, dan  CP4  memiliki  sudut  diam  antara  31,70°, 33,69º sehingga keempat formula memiliki sifat alir  agak  baik.  Sifat  alir  Co-process  PS,A  dari semua  formula  tersebut  jika  ditinjau dari kecepatan alirnya maka semuanya memiliki sifat alir  yang  kurang  baik  karena  persyaratan kecepatan  alir  yang  baik  adalah  >10  g/detik (Sulaiman,  2007).  Kecepatan  alir  suatu  serbuk atau  granul  antara  lain  dipengaruhi  oleh distribusi ukuran, bentuk dan jumlah fines. Co-process PS,A CP1, CP2, CP3, dan CP4 memiliki sifat  alir  yang  kurang  baik  karena  proses pembentukan  granulnya  dilakukan  dengan pengayakan  sehingga  granul  yang  terbentuk tidak dapat sferis. Disamping itu, sifat alir dari Co-process  PS,A  tersebut  tidak  cukup  baik karena  distribusi  ukuran  co-process  PS,A  CP1, CP2, CP3, dan CP4 sebagian besar berukuran < 179  µm.  Namun  demikian  sifat alir co-process PS,A tersebut jika ditinjau dari nilai tapping  index  maka  CP1,  CP2,  dan  CP3 mempunyai sifat alir yang baik, sedangkan CP4 mempunyai sifat alir sangat baik (Aulton, 2002).
Hasil Co-process PS,A ini diperoleh 4 CP yaitu CP1, CP2, CP3 dan CP4. Ke empat macam CP ini akan digunakan sebagai bahan pengisi pada pembuatan tablet vitamin C dengan metode cetak langsung, menggunakan formula tertera pada tabel 2. 
Tabel 2. Formula tablet vitamin C
Bahan
(Fungsi)
Berat (mg)
F1
F2
F3
F4
Vitamin C (Bahan Aktif)
115
115
115
115
Co-process PS,A (Bahan Pengisi)
230
230
230
230
Croscarmellose Sodium (Bahan Penghancur)
3
3
3
3
Magnesium stearat 2% (Bahan Pelincir)
6,96
6,96
6,96
6,96
Berat Tablet
354,96
354,96
354,96
354,96
            Adapun cara formulasi tersebut sebagai berikut:



            Tablet yang dihasilkan akan diuji untuk mengetahui kualitas Co-process sebagai bahan pengisi. Jika tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan maka Co-process dapat digunakan untuk pembuatan tablet vitamin C tapi jika tidak sesuai persyaratan maka Co-process tidak baik untuk digunakan. Adapun uji yang dilakukan dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil evaluasi Co-process sebagai bahan pengisi
Pengujian
F1
F2
F3
F4
Kekerasan (kP)
2,67±0,22
3,10±0,17
4,64±0,33
4,97±0,23
Kerapuhan (%)
1,24±0,05
0,76±0,03
0,70±0,02
0,52±0,03
Waktu Hancur (mnt)
1,09±0,02
1,16±0,03
1,28±0,02
1,46±0,03
Keseragaman Kadar
memenuhi
memenuhi
memenuhi
Memenuhi
(% kadar)
97,01±1,36
96,39±2,02
96,75±2,20
95,71±2,74
            Dari tabel diatas dapat diketahui formulasi tablet tang paling baik adalah F3 dan F4. Hal ini karena tablet  hasil  dari  F3 dan F4 memenuhi persyaratan kekerasan yaitu masing-masing berturut-turut  kekerasannya 4,64±0,33  kp  dan  4,97±0,23  kp. Dimana pada literatur tertera syarat kekerasan tablet adalah 4,8 kp. Dari  hasil pengujian  kekerasan  tablet  tampak  bahwa kekerasan  tablet  meningkat  secara  signifikan (α=95%) dengan meningkatnya jumlah Avicel PH  101  dalam  co-process  PS,A.  Hal  ini dikarenakan  Avicel  PH  101  memiliki  sifat deformasi  plastis  sehingga  memiliki kompresibilitas  cukup  baik  dan  berfungsi sebagai pengikat (Ohwoavworhua et al. 2007).

Kesimpulan
            Dari hasil penelitian yang penulis lihat pada jurnal, dapat disimpulkan bahwa pati  singkong  dapat  dikembangkan menjadi eksipien co-process  untuk bahan pengisi tablet  cetak  langsung  dengan  Avicel  PH  101 menggunakan  perbandingan  pati  singkong, Avicel  PH  101  (70:30)  atau  (60:40)  sehingga dapat  menghasilkan  sifat  mekanik-fisik  yang baik  dan  sifat  tabletasi  yang  dapat  memenuhi persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA
Andayana. Nutwuri, 2011, http://andayana.wordpress.com/, Diakses tanggal 24 Desember 2011 pukul 12.21 WITA di Samarinda.
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Churcill Livingstone, New York.
Gohel, M. C, 2005, A Review of Co,processed Directly Compressible Excipients. J. Pharm Sci, Vol 8, no. 1: 76,93.
Ohwoavworhua, F.O., Adelakun, T.A., and Kunle, O. O., 2007, A Comparative Evaluation of the Flow and Compaction Characteristics of á,Cellulose obtained from Waste Paper, Trop J Pharm Res, March, 6 (1), 645,651.
Rowe,  R.  C.,  Sheskey,  P.  J.,  and  Weller,  P.  J.,  2003,  Handbook  of  Pharmaceutical  Excipients  Fourth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Sulaiman, T. N. S., 2007, Teknologi  dan  Formulasi  Sediaan  Tablet, Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.