Laporan Praktikum Q

Senin, 21 Mei 2012

Kamis yang berbeda


Akhirnya aku punya rutinitas yang lain dari biasanya. Kalau biasanya melulu berkutik sama jurnal + laporan praktikum, ngerjakan tugas, bacain jurnal-jurnal orang untuk dapat referensi dll. Jenuh, ah iyah! Mungkin itu memang kata yang tepat untuk mewakilkan keadaan aku sekarang. Gimana nggak jenuh, kalau tiap hari selalu berkutik dengan seputar hal itu aja.
Nah, hari ini sebenarnya diawali dengan keadaan ku yang belum begitu baik. Rasanya kepala ku masih mutar-mutar, akibat demam kemaren. Tapi karna semangat 45 mau masak bareng ibu, jadi lupa deh kalau masih sakit J. Waktu lagi asik masak, handphone ku bunyi. Ada panggilan dari Elsa Yuliana.
“Halo, ann. Kamu jadi ndak ke rumah?”
“Jadilah.”
“Ita kayak mana? Bisa ndak?”
“Bisa kok, tadi sudah ku kasih tau. Nanti dia berangkat sama aku. Kami ketemuan dibelakang islamic.”
“Oh, iya sudah.”
“Emang ini jam berapa be?”
“Setengah 11”
“Hah, iya kah?”
“Aku belum apa-apa niii........”
“Memang kamu ngapai”
“Bantui ibuku masak, hee”
Nah khan, karna terlalu asik bantui ibu masak aku sampai lupa kalau sudah jam setengah 11. Padahal jam 11 aku ada janji mau kerjakan KTI dirumah elsa. Kalau mau dicepatkan juga nggak bisa, masakannya belum kelar. Jadi mau nggak mau aku hubungi Ita bilang kalau kami kerumah Elsa jam 12 aja.
Jam 12 teng.
“Ta kamu dimana.”
“Masih dijalan............., kamu dimana?”
“Masih dirumah,heee. Ni bentar lagi mau berangkat.”
“Oh iya.”
Begitu sampai islamic.
“Ta kamu dimana?”
“Aku masih dijalan, tunggu ya nida”
“Iyaaa.”
Sambil nunggu ita aku duduk di dekat parkiran islamic. Ya Allah, aku rindu suasana ini. Udah lama banget rasanya aku nggak ke islamic, padahal tiap hari aku lewati tapi nggak pernah mampir. Rasanya sejuk banget duduk disini. Padahal ini lagi waktu dhuhur, lagi panas-panasnya. Tapi terasa sejuk banget, entah memang cuacanya lagi mendung kali yaaa, xixixixi. Tapi memang aku merasa sejuk banget. Haduh kalau sudah gini, mulai deh pikirannya melayang-layang. Apalagi yang diingat kecuali masa-masa waktu SMA dulu. Huftttttt.
“Nida kamu dimana.”
“Aku disamping ta.”
Sudah ketemu Ita, kami langsung melancong kerumah elsa. Rencananya kami bertiga mau ikut lomba KTI yang diselanggarakan IPB, jadi ni lagi nyusun KTI gitu. Dari jam 1 sampai setengah 6. Ckckckck, capek ah nggak. Aku menikmatinya. J



Kota tepian, 17 Mei 2012

Senin, 14 Mei 2012

Kau Memang Tlah Berbeda

Semua memang telah berbeda. Dan sayangnya baru kusadari setelah sekian lama kebersamaan kita hadir tanpa sapa. Aku tak pernah berharap kebersamaan kita kan abadi, hanya saja aku merindukannya.
Apakah aku salah?
Ah, mungkin kau akan menjawab “ya”
Yah, aku mengaku aku salah. Aku memang tlah gagal menjaga benteng pertahananku.  Dan dengan jujur menyampaikan pada senja ‘aku merindukanmu.’ Kau tau, ini untuk pertama kalinya aku menanti sosokmu melintas.
Kau tau mengapa?
Karna aku merindukan canda yang selalu menyapa. Aku merindukanmu. Kebersamaan kita. Aku ingin kembali melihat langit dari tepi bukit. Beriringan melintas di pematang sawah. Dan berjalan di antara hujan.
Tapi kini kau tlah jauh berbeda. Bukan lagi sosok bocah kecil penuh canda, yang selalu menyapaku dengan ceria. Kini kau mulai terlihat lebih bersahaja dengan prinsip yang melekat erat di hatimu. Jangankan untuk menyapa, untuk saling metatap pun aku segan. Mungkin sapa yang kau titipkan itu adalah yang terakhir. Sayangnya sapa itu tidak pernah terbalaskan. Maaf. Aku hanya malu dan setengah tidak percaya. Ah, tidak. Semua itu tidak perlu disesali. Mungkin itu adalah yang terbaik. Setidaknya Allah menjaga hati kita.
***
Jika ku kisahkan pada mereka, mungkin mereka akan mengira aku mengarang cerita. Tapi ini adalah kisah kita. Tentang kau dan aku, yang bertemu lalu berpisah. Dan kembali dalam keadaan yang berbeda.
Apakah kau ingat awal perkenalan kita?
Saat tahun ajaran baru, ada seorang gadis kecil dengan malu-malu memperkenalkan diri diantara siswa-siswai kelas 3. Apa kau ingat? Gadis kecil itu adalah aku. Dan mulai saat itu satu babak cerita kita dimulai. Aku dan kau, menjadi semakin akrab karna rumah kita yang berdekatan.
Aku ingat dengan jelas, saat jemputanku tak kunjung datang. Bersama kita menyusuri jalan, bertemankan debu dan terik matahari yang menyedot hampir seluruh tenangku. Aku lelah dan aku tau kau pun lelah. Tapi dengan candamu seolah kelelahan itu sirna. Ah, masa-masa itu memang sangat menyenangkan.
Tapi semua berubah, saat aku harus pergi. Dan ketika aku kembali kebersamaan itu sudah bukan milik kita lagi. Tegur sapapun tak pernah lagi menghiasi pertemuan kita. Aku hanya berani menatapmu dari kejauhan. Melihat perkembanganmu, sampai akhirnya aku mulai melupakan semuanya.
“Alhamdulillah dek, Allah mempertemukan kalian dengan jalan seperti ini.”
Kau tau, itu kalimat yang keluar dari salah satu kakak perempuanmu. Sesuatu yang tidak pernah ku duga. Aku terjun dalam dunia yang juga kau geluti. Kita sama-sama berjalan dengan arah yang sama, meski tak pernah ada tegur sapa.



Kau memang telah jauh berbeda dan aku mengagumi itu.
Kota tepian, 11 September 2012

Kamis, 03 Mei 2012

Awal Mei


Bias jingga terlihat lebih menawan dari biasanya. Jingganya memenuhi setiap celah ruang. Namun sayang keindahan ini tak dapat Bita nikmati. Ada pergulatan batin yang  berkecamuk di dalam jiwanya.
Sudah satu jam berlalu, namun Bita masih saja mematung dibalik jendela. Bertemankan nyanyian senja dan dering handphone yang sembari tadi mengisi keheningan.
“Sabar sayaaaaang. Ini ujian untuk kamu......................” salah satu pesan sahabatnya terpampang dilayar handphone.
          Bita sengaja membagi beban jiwanya kepada 3 orang sahabatnya, setidaknya ia berharap akan mendapatkan setetes embun yang dapat memadamkan bara dihatinya. Berkali-kali Bita bertukar pesan singkat dengan sahabat-sahabatnya. Kehadiran mereka membuat Bita merasa sedikit nyaman karna ia tidak merasa sendiri.
Ah, betapa saat ini Bita merindukan kebersamaan bersama mereka. Sahabat yang selalu mengajaknya pada kebaikan. Matanya mulai berkaca-kaca. Namun belum sempat butir bening itu mangalir, sudah terhapus oleh ketegaran yang kembali terpupuk.
Tak terasa langit mulai gelap. Pesona jingga memudar bersama hadirnya langit kelabu. Dan titik-titik kecil air langit menyanyikan nada senja diiringi simponi lirik kalam cinta-Nya. Tenang dan terasa begitu damai. Bita terlihat mulai menikmati sejuknya udara senja kali ini.
“Biarkan kegelisahan itu pergi bersama senja yang berlalu...” lirihnya. Kali ini tak ada air mata, tak ada ratap nestapa dan bara itu perlahan padam.
“Ketika kamu mulai tidak menyukai seseorang maka ingatlah kebaikannya.”
Tiba-tiba kalimat itu muncul dibenaknya, seperti seorang penasehat yang menghadirkan kesejukan diruang hatinya. Entah datang dari mana, Bita tidak memperdulikan itu. Yang ia lalukan hanya mencoba mengingat-ingat kebaikn orang lain.


Kota Tepian, 1 Mei 2012