Laporan Praktikum Q

Minggu, 19 Juni 2011

STERILISASI

Disusun Oleh : Andri Maulida 



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya dan kerusakan. Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, dan tumbuhan, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Karena itu adanya prosedur untuk mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu keharusan. Yang dimaksud dengan pengendalian di sini ialah segala kegiatan yang menghambat, membasmi, dan menyingkirkan mikroorganisme (Pelczar, 1998).
            Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu bekteri (Utami, 2010).
            Dalam bidang mikrobiologi baik dalam penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita di  laboratorium. Pengetahuan tentang prinsip dasar sterilisasi dan disenfeksi sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan di bidang medis yang bertanggung jawab. Cara sterilisasi yang baru banyak diperkenalkan, namun masih tetap digunakan cara-cara seperti berabad lalu (Pelczar, 1998).
            Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diadakan praktikum sterilisasi guna memberi pemahaman kepada kita tentang sterilisasi dan mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum selanjutnya.

1.2 Tujuan
1.    Untuk mengetahui metode sterilisasi.
2.    Untuk mengetahui teknik penyiapan serta penggunaan alat-alat tersebut dengan baik.
3.    Untuk mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat-alat laboratorium mikrobiologi.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Kajian mikrobiologi membutuhkan metode yang tepat untuk pengamatan mikroba. Metode mikroskopik dan kemampuan mengkultur mikroba merupakan metodelogi dasar yang dilakukan para ahli mikrobiologi untuk mempelajari struktur, sifat-sifat fisiologisnya (metabolisme dan pertumbuhan) serta mengungkapkan keragaman mikroba. Penggunaan dan pengembangan alat mikroskopik kultur murni, metode molekuler dan immunologis memungkinkan peneliti melakukan pengujian yang pada akhirnya berhasil membuat temuan-temuan baru di bidang tersebut. Kemajuan dalam bidang metodelogi ini telah mengungkapkan pemahaman sifat-sifat dasar mikroba serta aspek-aspek yang berkenaan dengan teknik dan metodelogi penelitian mikroba. Salah satu bagian penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara-cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Fardiaz, 1992).
            Suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga juga ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak disebut sterilisasi. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
            Karena sterilisasi itu sebuah proses, bukan sebuah peristiwa tunggal maka seluruh komponen harus dilakukan secara benar agar sterilisasi tercapai (Hadioetomo, 1993).
            Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga bergantung pada empat faktor lain sebagai berikut :
1.     Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagai mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lain   dapat mudah dibunuh.
2.        Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme dari pada banyak.
3.        Jumlah dan jenis bakteri organik yang melindungi mikroorganisme tersebut.
4.  Jumlah cetakan dua celah pada peralatan sebagai tempat menempel mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul di dalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dan curam jaringan. Akhirnya pada pembersihan yang teliti, untuk membuang sisa bahan organik tidak akan menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun sterilisai diperpanjang (Tietjen, 2004).

CARA STERILISASI
           Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, namun yang paling penting adalah bagaimana menetapkan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Suatu produk dapat disterilkan melalui cara steril akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptik (aseptic prosessing) (Lucas, 2006).
            Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:
1.        Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph 2005 dibagi menjadi dua, yaitu:
a.  Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman. Karakteristik sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu mikroorganisme dalam 106 unit). Dalam hal ini monitoring rutin boiburden dari formula awal sebelum proses sterilisasi tidak di perlukan. Jadi pada overkill menthod kita melakukan mentoring hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).
b. Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan mentoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi seperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat (dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan senyawa Hidri Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu senyawa hepatotoksik yang tidak di inginkan. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat menghancurkan muatan mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari studi-studi yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan menggunakan bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari lingkuangan produksi (environmental spore-forming mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika organisme yang tahan panas telah diketahui,  siklus sterilisasi dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan sterilisasi kurang dari satu organism dalam 106 unit. Dengan demikian isolate yang paling tahan panas digunakan sebagai indikator biologis. Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal (starting point). Apabila mengguanakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan uap 121oC selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta, yakni sal 106. Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006).
2.    Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa senhingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006)

STERILISASI SECARA FISIK
1.    Metode Incineration (Pemijaran / Pembakaran langsung)
     Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum ose dan sebagian yang terbuat dari platina atau khrom. Caranya adalah dengan membakar alat-alat tersebut di atas api lampu spiritus sampai pijar (merah padam). Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keuntungan mikroorganisme akan hancur semua (Hani, 2007).
2.   Sterilisasi panas kering dilakukan menggunakan oven pensteril (Hot Air Stelizer). Sterilisasi panas kering ini tercapai dengan proses konduksi panas. Pada awalnya, panas diabsorbsi oleh permukaan luar dari sebuah instrument dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya. Pada akhirnya keseluruhan objek mencapai suhu yang di butuhkan untuk sterilisasi. Mikrooragnisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas kering. Proses sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama dari pada sterilisasi uap, karena kelembapan dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat penetrasi uap dan memperpendek waktu yang di butuhkan untuk membunuh mikroorganisme (Tietjen, 2004).
       Oleh karena itu metode ini memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih penjang, sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170oC dengan waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin wax dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilakan alat-alat gelas dan belah (Razuna, 2010).
       Karena tingginya suhu yang ditetapkan dalam sterilisasi panas kering, maka metode ini dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven steril adalah:
·           Suhu 171oC, waktu 1 jam
·           Suhu 160oC, waktu 2 jam
·           Suhu 150oC, waktu 2,5 jam
·           Suhu 140oC, waktu 3 jam
·           Suhu 121oC, waktu semalaman (Razuna, 2010).
       Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati (Razuna, 2010).
Kelebihan dari metode ini yaitu :
·     Metode yang sangat efektif, seperti sterilisasi panas kering dengan konduksi menjangkau  seluruh permukaan instrument, bahkan untuk instrument yang tidak dapat dibongkar pasang.
·           Bersikap protektif atas benda tajam atau instrument dengan sisi potong (lebih sedikit masalah dengan pengumpulan sisi potong tersebut).
·           Tidak meninggalkan sisa kimia.
·           Mengurangi masalah ‘paket basah’ di iklim lembab (Tietjen, 2004).
Kekurangan dari metode ini yaitu :
·        Instrumen plastik dan karet tidak dapat disterilisasi dengan cara panas kering karena suhu     yang digunakan (160oC - 170oC) terlalu tinggi untuk materi ini.
·           Panas kering menetrasi materi secara lambat dan tidak merata
·           Membutuhkan oven dan sumber listrik secara terus menerus (Tietjen, 2004).
3.    Metode  Pemanasan secara Intermittent (Terputus-putus / Uap Air Panas)
 John Tyndall (1877) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada temperatur didih 100oC selama 1 jam tidak dapat membunuh semua mikroorganisme, tetapi bila air dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air mendidih istirahat selama 1 menit akan sangat berhasil membunuh kuman. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemanasan intermitten, lingkaran hidup pembentukan spora dapat diputuskan (Hani, 2007).
4.    Metode Pemanasan dengan Uap Air Bertekanan
       Prinsip-prinsip umum, penguapan adalah sterilan yang efektif karena dua alasan:
·           Pertama, uap paket adalah sebuah kendaraan energy termal yang sangat efektif. Jenis ini jauh lebih efektif untuk mengangkut energy ke bahan yang akan disterilisasi daripada udara panas (kering).
·    Kedua, uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme yang bersifat protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh uap, sehingga terjadi koagulasi pada bagian dalam mikroorgnisme yang sensitive. Beberapa jenis kontaminan tertentu, khususnya yang berlemak atau berminyak, dapat melindungi mikroorganisme dari efek uap, sehingga mengganggu proses sterilisasi. Alasan ini yang menekan kembali kepentingan mencuci bersih bahan-bahan sebelum proses sterilisasi (Tietjen, 2004).
              Sterilisasi uap harus memenuhi empat kondisi : kontak yang memadai suhu yang sangat tinggi, waktu yang tepat dan kelembababan yang memadai. Walaupun seluruhnya perlu untuk terjadi sterilisasi, kegagalan sterilisasi klinik dan rumah sakit sering disebabkan oleh kurangnya kontak uap atau kegagalan untuk mencapai suhu yang memadai (Tietjen, 2004).
       Kelebihan metode ini, yaitu:
·           Metode sterilisasi yang paling sering dipakai dan efektif
·           Waktu siklus sterilisasi lebih pendek dari pada panas kering atau siklus kimia (Tietjen, 2004).
       Kekurangan metode ini, yaitu:
·          Membutuhkan sumber panas yang terus menerus (bahan bakar kayu, minyak tanah atau          aliran listrik).
·          Membutuhkan peralatan (sterilisator uap yang harus dipelihara dengan cermat agar tetap         berfungsi dengan baik).
·          Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara teliti.
·   Sukar menghasikan paket kering kerena gangguan prosedur sering terjadi (misalnya    mengangkat bahan-bahan sebelum kering, khususnya pada iklim yang lembab dan panas).
·    Siklus sterilisasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan bopeng dan mengumpulan sisi instrument yang tajam (seperti gunung).
·         Bahan-bahan plastik tidak tahan suhu tinggi (Tietjen, 2004).
                  Sterilisasi uap betekanan ini menggunakan autoclave dengan prinsip memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121oC, tekanan yang digunakan antara 15-17,5 psi (pound per squere inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilakn. Sterilisasi media yang terlalu lama menyebabkan:
·           Penguraian gula.
·           Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
·           Inakfasi sitokinin zeatin riboside.
·           Perubahan pH yang berakibat depolimerisasi agar (Razuna, 2010).
5.    Metode Radiasi
     Dalam mikrobiologi, radiasi gelombang elekromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, sinar gama atau sinar x dan sinar matahari (Hani, 2007).
·           Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100 - 400 nm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya tembus hanya 0,01 – 0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan antiseptik (Lucas, 2006).
·   Ion, mekanismenya mengikuti teori tumbukan yaitu sinar langsung menghambat pusat kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dulu membentuk molekul air dan mengubahnya menjadi bentuk radikalnya yang menyebabkan terjadinya reaksi sekunder pada bagian molekul DNA mikroba (Lucas, 2006).
·     Gamma bersumber dari Co 60 dan Cs 137 dengan aktivasi sebesar 50 – 500 kilocurie serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkaan alat kedokteran serta alat yang terbuat dari logam, karet serta bahan sintetik seperti polietilen (Lucas, 2006).
6.    Metode Penyaringan (Filtratoin)
     Metode panyaringan berbeda dengan metode pemanasan. Sterilisasi dengen metode pemanasan dapat membunuh mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada pada meterial tersebut sedangkan sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme tetap hidup hanya dipisahkan dari material. Bahan filter/penyaringan adalah sejenis yang berpori-pori yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik. Ada banyak filter yaitu :
·           Berkefeld V
·           Coarsen N, M dan W
·           Fine
·           Chamberland
·           Seitz
·           Sintered glass (Gabriel, 1996).
                    Metode fitrasi ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil produksi seperti enzim dan exotoxin dan untuk memisahkan fitrable virus dari bacteria dan organisme lain (Gabriel, 1996).

STERILISASI SECARA KIMIA
         Selain penguapan tekanan tinggi atau sterilisasi panas kering sebagai alternative adalah sterilisasi kimia (sterilisai dingin). Apabila objek harus disterilisasi, sedangkan bila mempergunakan uap tekanan tinggi atau sterilisasi panas-kering akan merusak objek tersebut atau apabila peralatan tidak tersedia, maka objek itu dapat disterilkan secara kimia (Tietjen, 2004).
          Sejumlah disenfektan tingkat tinggi akan membunuh endospora setelah paparan berkepanjangan (10-24 jam). Disenfektan umum yang dapat digunakan untuk sterilisasi berlangsung dengan merendamnya selama sekurang-kurangnya 10 jam dalam larutan glutaraldehid 2-4 % atau setidaknya 24 jam dalam larutan formaldehid 8%. Glutaraldehid, seperti Cidex, seringkali jarang tersedia dipasaran dan harganya sangat mahal, tetapi larutan ini satu-satunya sterilan yang praktis untuk instrument tertentu, seperti laparoskop yang tidak dapat dipanaskan. Baik glutaraldehid maupun formaldehid membutuhkan penanganan khusus dan meninggalkan sisa pada instrument yang sudah ditangani. Oleh karena itu membilas dengan air steril adalah suatu keharusan apabila instrument itu hendak dijaga tetap steril. Juga apabila tidak dibilas sisa ini akan menggangu (menyebabkan lengket) bagian geser laparoskop dan juga akan memperkeruh lensa alat tersebut (Tietjen, 2004).
       Walaupun lebih murah dari glutaraldehid, larutan formaldehid lebih menyebabkan iritasi atas kulit, mata dan saluran nafas serta diklasifikasikan sebagai potensial karsinogen. Apabila menggunakan glutaraldehid atau formaldehid, pakailah sarung tangan untuk menghindari percikan, membatasi waktu paparan dan gunakan kedua zat kimia hanya pada area yang berventilasi baik (Tietjen, 2004).
        Karena instrument ini tidak terbungkus setelah sterilisasi kimia, instrument ini harus dipindahkan dan disimpan pada sebuah wadah steril dan tertutup (Tietjen, 2004).
Kelebihan metode ini, yaitu:
·         Larutan glutaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah dinonaktifkan oleh materi organik.
·    Kedua larutan ini dapat digunakan untuk instrument yang tidak tahan sterilisasi panas, seperti laparoskop.
·        Larutan formaldehid dapat digunakan hingga 14 hari (ganti apabila keruh). Sabagian glutaraldehid dapat digunakan hingga 28 hari (Tietjen, 2004).
Kekurangan metode ini, yaitu:
·    Glutaraldehid dan formaldehid adalah kimiawi yang menyebabkan iritasi kulit. Oleh karena itu, seluruh peralatan yang direndam dalam salah satu larutan itu harus sepenuhnya dibilas dengn air steril setelah direndam.
·   Karena glutaraldehid bekerja sangat baik pada suhu ruangan, sterilisasi kimia tidak dijamin berfungsi baik pada lingkungan dingin (suhu kurang dari 20oC/68oF), bahkan dengan proses perendaman yang berkepanjangan.
·         Glurataldehid mahal harganya.
·    Uap dari formaldehid diklasifikasi sebagai potensial karsinogen, dan pada derajat lebih rendah glutaraldehid mengiritasi kulit, mata dan saluran pernapasan. Pakailah sarung tangan dan kacamata, batasi waktu paparan dan gunakan kedua zat kimia hanya pada area berventilasi baik.
·  Formaldehid tidak dapat dicampur dengan klorin karena memproduksi gas berbahaya   (bis-klorimetil-eter) (Tietjen, 2004).



 
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
              Praktikum Sterilisasi ini dilakukan pada hari Senin, 21 maret 2011 pukul 15.00-17.00 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan
   3.2.1 Alat
1.         Incubator
2.         Autoclave
3.         Jarum ose
4.         Cawan perti
5.         Batang pengaduk
6.         Bunsen
7.         Blue tip
8.         Yellow tip
9.         Pipet mikro 0,5
10.     Pipet mikro 0,1
11.     Pipet hisap
12.     Tabung reaksi
13.     Spreader
14.     Sentrifius

  3.2.2 Bahan
1.       Air
2.       Kapas
3.       Aluminium foil
4.       Plastik
5.       Kertas
6.       Karet

3.3 Cara Kerja
1.  Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.  Diletakkan cawan petri di atas kertas yang telah disediakan dengan posisi cawan petri yang lebih besar diletakkan di bawah dan cawan petri yang kecil diletakkan di atasnya, supaya udara lebih bebas masuk, kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas yang telah disediakan.
3.  Disusun cawan petri yang telah dibungkus kemudian diikat dengan karet kemudian dibungkus dengan plastik dan diikat kembali dengan karet.
4.  Ditutup ujung 2 tabung reaksi dengan kapas dan sisanya dengan aluminium foil, tutup sampai rapat.
5.  Dibungkus tabung reaksi dengan kertas kemudian diikat dengan karet.
6.  Disusun alat-alat yang telah dibungkus kedalam keranjang autoclave.
7.  Disterilkan alat-alat kedalam autoclave selama 30 menit pada suhu 121oC.




  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No.
Nama Bahan
Fungsi
1.
Incubator
Untuk inkubasi peralatan
2.
Sentrifius
Untuk memisahkan pelet dan subpranatan
3.
Rotasi shaker
Untuk mengocok Erlenmeyer dan tabung reaksi
4.
Autoclave
Untuk mensterilakn bahan dan alat
5.
Jarum ose
Untuk memindahkan biakan yang akan ditanamkan atau dibiakkan
6.
Cawan petri
Untuk tempat pembiakan / tumbuhnya bakteri atau jamur
7.
Batang pengaduk
Untuk mengaduk
8.
Bunsen
Untuk memijarkan
9.
Yellow tip
Untuk mengambil media dengan pipet mikro
10.
Blue tip
Untuk mengambil media dengan pipet mikro
11.
Pipet mikro 0,5
Untuk mengambil media
12.
Pipet mikro 0,1
Untuk mengambil media
13.
Pipet hisap
Untuk mengambil media cair
14.
Tabung reaksi
Untuk media pertumbuhan mikroba
15.
Spreader
Untuk meratakan media pada cawan petri
16.
Kapas
Untuk menutup tabung reaksi
17.
Aluminium foil
Untuk menutup tabung reaksi
18.
Kertas
Untuk membungkus cawan petri dan tabung reaksi
19.
Plastik
Untuk membungkus cawan petri
20.
Karet
Untuk mengikat cawan petri dan tabung reaksi



4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan diminta untuk melakukan sterilisasi yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi. Sterilisasi alat mempunyai tujuan yaitu mensterilisasikan peralatan yang digunakan dalam praktikum dan prinsipnya adalah setiap alat yang digunakan dalam praktikum dan penelitian mikrobiologi memerlukan proses sterilisasi sebelum dapat digunakan, alat sterilisasi yang disebut autoclave.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembangbiak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad ernik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Steril adalah istilah yang menunjukkan kondisi tanpa mikroorganisme hidup. Mikroorganisme hidup adalah mikroorganisme yang dapat berbiak bahwa kondisi optimum untuk pertumbuhannya (Yusuf, 2010).
Prinsip strerilisasi pada tiap metode berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan. Berikut adalah beberapa prinsip pada metode sterilisasi, yaitu :
·                Prinsip sterilisasi pemijaran adalah alat yang digunakan, dibakar harus benar-benar pijar.
·          Prinsip sterilisasi panas kering adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami         dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati.
·           Prinsip sterilisasi uap panas adalah dilakukan sterilisasi secara berulang-ulang, pada              temperatur 100oC selama 30 menit yang akan membunuh sel vegatatif mikroba, diinkubasi pada suhu ruangan selama 24 jam untuk memberikan kesempatan tumbuhnya spora, kemudian dilakukan sterilisasi pada temperatur 100oC, diinkubasi lagi dan terakhir disterilisasi pada suhu 100oC.
·          Prinsip sterilisasi uap panas bertekanan penghancur bekteri oleh uap air panas adalah           terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut. Prinsip penggunaan autoclave di dasarkan pada mikroorganisme termasuk spora yang tahan panas, mudah terbunuh dengan panas lembab pada temperatur sedikit diatas titik didih air.
·          Prinsip sterilisasi radiasi adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai     DNA dari into sehingga mikroba mengalami mutasi (Razuna, 2010).
        Pada alat-alat atau bahan-bahan steril harus segera digunakan kecuali jika telah dibungkus dengan lapisan kain katun, kertas atau bahan lain sebelum proses sterilisasi atau dapat disimpan dalam wadah kering dan steril berpenutup. Oleh karena itu, pada saat praktikum cawan petri dan tabung reaksi dibungkus dengan kertas. Hal ini bertujuan agar setelah steril dan keluar dari alat tidak terjadi kontaminasi dengan kuman lagi. Jika pada bungkusan alat steril ada yang robek, basah atau usang maka tidak dapat digunakan lagi atau harus disteriliasi ulang, karena di khawatirkan akan adanya mikroorganisme yang masuk (Tietjen, 2004).
Penggunaan kapas dan aluminium foil untuk menutup tabung reaksi. Kapas untuk menutup tabung reaksi yang berisi agar miring dan aluminium foil digunakan untuk menutup tabung reaksi yang berisi media cair. Penutupan ini bertujuan agar proses sterilisasi berjalan lancar sehingga menghasilkan media yang benar-benar steril dan mencegah kontak uap dengan seluruh permukaan. Keuntungan cara ini adalah karena seluruh badan yang dibebas hamakan bisa dikenai uap pada temperatur dan waktu yang diperlukan (Anonim, 2010).
Autoclave adalah alat pemanasan tertutup yang digunakan untuk mensterilisasikan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121oC, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan-kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8oF karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. untuk tekanan 0 psi pada ketinggian dipermukaan laut air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoclave yang diletakkan diketinggian sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121oC. Kejadian ini hanya berlaku untuk dipermukaan laut, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 dari permuakaan laut, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121oC untuk mendidihkan air. Autoclave ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100oC, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121oC, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 60oC (Anonim, 2010).
Waktu yang digunakan saat sterilisasi pada bahan 15 menit agar bahan tidak rusak dan pada alat selama 30 menit karena jika waktunya dibawah 30 menit akan ada bakteri yang belum mati.
Posisis cawan petri saat sterilisasi yaitu bagian cawan petri yang lebih besar berada dibawah dan bagian cawan petri yang kecil berada diatas. Hal ini betujuan agar tidak terjadi kontaminasi dengan uap dan jika uapnya jatuh bisa tetap masuk kedalam alat dan tidak ke atas.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
              Pada praktikum sterilisasi peralatan yang telah dilaksanakan di laboratorium, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1.   Ada berbagai macam metode sterilisasi yaitu, setrilisasi pemijaran, sterilisai udara panas, sterilisasi uap air panas, sterilisasi air panas bertekanan, sterilisasi penyinaran dan sterilisasi penyaringan.
2.   Dari praktikum mikrobiologi kali ini diketahui teknik penyiapan untuk sterilisasi yaitu alat harus dibungkus dengan kertas dan lubang pada tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil dan kapas. Penggunaan untuk cawan petri berfungsi sebagai tempat pembiakkan atau tumbuhnya bakteri / jamur. Dan tabung reaksi juga sebagai media pertumbuhan mikroba.
3.   Prinsip kerja sterilisasi yaitu aseptis dimana dilakukannya pembuatan produk steril dalam lingkungan yang terkontrol. Suplai udara, material paralatan dan praktikan telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima.

5.2 Saran
              Diharapkan dalam praktikum sterilisasi peralatan, pembungkusan alat harus sesuai dengan yang telah diberitahukan pembimbing praktikum dan praktikan diharapkan dapat memaksimalkan waktu sebaik mungkin.




 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sterilisasi. http://ekmon-saurus.blogspot.com/. Diakses 17 Maret
20011 pukul 11:15 WITA di Samarinda.

Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. EGC : Jakarta.

Hani, Ahmad Ruslan. Handoko Riwidiko. 2007. Fisika Kesehatan. Mitra
Cendikia Press : Yogyakarta.

Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Andi : Yogyakarta.
Pelczar, Michael. 1988. Dasar - Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta.

Razuna. 2010. Sterilisasi Peralatan. http://nikku92.wordpress.com/. Diakses 23
Maret 2011 pukul 05:24 WITA di Samarinda.

Tietjen, Linda. Debora Bossemeyer. Noel Mc Intosh. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo : Jakarta.

Utami, Arini. 2010. Sterilisasi Peralatan. http://ariniutami.blogspot.com/. Diakses
23 Maret 2011 pukul 09.26 WITA di Samarinda.

Yusuf, Andi Resky Ferawati. 2010. Metode-Metode Sterilisasi Peralatan. http://fheeyraradzqiiy.wordpress.com/. Diakses 26 Maret 2011 pukul 09:22 WITA di Samarinda.